Find Us On Social Media :

Cerita Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden Yang Tuli Akibat Antibiotik

Cerita Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden yang mengalami tuna rungu akibat antibiotik.

GridHEALTH.idAngkie Yudistia baru saja ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai salah satu staf khusus presiden dari kalangan milenial.

Dikenal sebagai penyandang disabilitas, wanita berusia 32 tahun tersebut ternyata sangat berpengaruh di Indonesia.

Angkie merupakan tunarungu pendiri Thisable Enterprise, pusat pemberdayaan ekonomi kreatif bagi disabilitas Indonesia.

Baca Juga: Fact or Fake: Mi Instan Ekstra Pedas Sebabkan Tuli Sementara?

Meski begitu Angkie ternyata tidak tuli dari lahir, ia diketahui harus kehilangan pendengarannya sejak usia 10 tahun.

Menurutnya, kondisi tersebut dialami lantaran tidak terlepas dari konsumsi obat-obatan antibiotik saat ia mengidap penyakit malaria.

“Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran), sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok,” cerita Angkie saat ditemui Kompas.com di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, 1 Maret 2017.

Melihat pengakuan tersebut, menurut American Speech-Language-Hearing Association, beberapa jenis obat memang bisa menyebabkan tuli.

Bahkan setidaknya ada 200 jenis obat bebas dan resep yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan mendengar dan salah satunya adalah antibiotik.

Baca Juga: Artis Tren Pamer Saldo Rekening, Tanda Narsistik? Ini Kata Dokter

Seperti kita ketahui, antibiotik merupakan obat resep yang digunakan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang khusus disebabkan bakteri.

Jenis antibiotik yang sudah terbukti memiliki dampak seperti ini yaitu aminoglycoside, vancomycin, erythromycin, dan streptomycin.

Baca Juga: Viral Kopilot Wings Air Bunuh Diri Setelah Dipecat dan Didenda Rp 7 Miliar, Ini Ciri-ciri Orang Depresi

Ada beberapa alasan kenapa antibiotik bisa menyebabkan ketulian di antaranya obat yang seharusnya diminum sampai habis, justru tidak dilakukan.

Ada juga yang harusnya sudah berhenti minum obat antibiotik, tapi tetap minum obat tersebut tanpa sepengetahuan dokter.

Terakhir, minum obat antibiotik ketika memang sedang tidak mengalami infeksi akibat bakteri.

Dalam kasus Angkie, peggunaan antibiotik untuk malaria sebenarnya memang meningkatkan risiko gangguan pendengaran.

Baca Juga: Penanganan Serangan Stroke, Membawa Pasien ke Rumah Sakit Langsung atau Menelepon Ambulans ?

Sebab malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ke manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit.

Untuk itu penting diketahui, sebelum menggunakan obat antibiotik seorang pasien dan dokter harus mengenali penyebab penyakit yang dideritanya.

Lebih lanjut, Angkie mengaku mengidap keterbatasan pendengaran saat remaja bukanlah hal yang mudah.

Baca Juga: Kembali Bekerja Pasca Serangan Stroke, Kenapa Tidak ? Ini Yang Harus Diperhatikan

Sebab ia kerap kali merasa tertekan dan kurang percaya diri.

Setidaknya, butuh waktu 10 tahun bagi penulis buku "Perempuan Tunarungu, Menembus Batas" itu untuk bangkit.(*)

#gridhealthid #inspiringbetterhealth