Lantaran, ibu hamil yang menderita hepatitis sangat dekat dengan janin sehingga penyebaran penyakit kepada anaknya bisa terjadi saat janin ada dalam kandungan.
Dikutip dari laman American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), ibu hamil yang terjangkit hepatitis A saat hamil akan mengalami risiko tinggi lahir prematur.
Apalagi ketika trimester dua dan tiga si ibu mulai terkena virus penyakit ini.
Selain kelahiran prematur, ibu hamil kemungkinan besar akan mengalami risiko seperti kontraksi uterus prematur, solusio plasenta, dan pecah ketuban dini.
Gejala awal yang muncul ketika seseorang terserang penyakit ini adalah demam, mual, muntah, diare, serta nyeri sendi dan otot.
Bila merasakan gejala-gejala yang disebut di atas, ibu hamil wajib mengungkapkan gejala yang dialami kepada dokter sehingga diagnosisnya juga tepat sehingga bisa menyelamatkan kesehatan janin dan ibunya.