Find Us On Social Media :

Hari AIDS Sedunia 1 Desember: Demi Hidup dengan Damai, Sekelompok Punk Sengaja Suntikkan Virus HIV ke Tubuh Sendiri

Sekelompok punk menyuntikan virus HIV ke dalam tubuhnya sendiri

GridHEALTH.id - Makin meningkatnya jumlah orang dengan HIV/AIDS atau ODHA di berbagai belahan dunia membuat tanggal 1 Desember dinobatkan sebagai sebagai Hari AIDS sedunia.

Baca Juga: Hari AIDS Sedunia 1 Desember: Jumlah Penderita HIV/AIDS Makin Meningkat, 4 Makanan Ini Ampuh Perbaiki Sistem Kekebalan Tubuh ODHA

Berbagai cara dilakukan untuk memperingati Hari AIDS Sedunia ini, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

Tujuannya jelas, mencegah penyakit ini menyebar semakin luas.

Namun, ketika banyak yang berlomba-lomba terbebas darinya, nyatanya pernah ada sekelompok orang yang dengan sengaja menyuntikkan virus mematikan HIV ke tubuh mereka sendiri.

Baca Juga: Suami KD Suntik Live Cell Treatments Seharga Rp 281 Juta, Istri Anang Hermansyah Malah Berniat Jalani Terapi Stem Cell di Singapura, Bisa Sembuhkan Autoimun?

Tapi jangan salah paham dulu, tujuan mereka tidak untuk membahayakan orang lain kok.

Kelompok ini menamakan diri Los Frikis, kelompok punk yang berbasis di Kuba.

Waktu itu, pemerintahan Fidel Castro berusaha keras untuk mempertahankan ketertiban nasional dengan paksa.

Salah satu manifestasinya, polisi menindak keras para gelandangan dan orang-orang yang dianggap berada di “luar” kelompok mereka.

Baca Juga: Ini Alasan Ayu Ting Ting Masih Betah Menjanda Meski Mengaku Sempat Pacaran ; ' Cuman ya Sama, Kok Gini ya '

Para Frikis menjadi salah satu target penertiban itu, lantaran mereka dianggap berbeda, dianggap melalaikan norma kehidupan di bawah sosialisme Kuba.

Lebih dari itu, mereka sering dilecehkan, ditangkap, dipenjarakan, atau dipaksa melakukan kerja kasar.

Nah, salah satu bentuk protes yang mereka lakukan adalah dengan menginfeksi diri mereka sendiri dengan HIV yang mereka ambil dari teman-teman Frikis mereka yang positif HIV.

Bagaimanapun juga, ini sangat membingungkan.

Tapi dengan beragam alasan, apa yang dilakukan kelompok ini cukup beralasan.

Baca Juga: SBY Nyanyikan Lagu Melow Untuk Sang Kekasih selama Proses Penyembuhan: 'Seindah Seruling Senja', Tepat Setengah Tahun Kepergian Ani Yudhoyono

Setelah runtuhnya Uni Soviet, Kuba relatif berjuang sendirian. Kondisi ini membuat negara yang terletak di Amerika Tengah itu mengalami krisis pangan yang secara fisik mengubah orang Kuba untuk selamanya.

Di waktu yang sama, wabah AIDS semakin memburuk. Negara-negara di seluruh dunia pun segera mengendalikan penyebaran virus ini.

Baca Juga: Reaksi Celine Evangelista Melihat Stefan William Kembali Dekat Dengan Natasha Wilona Sungguh Tak Terduga, Cemburu ?

Yang paling kontroversial adalah yang dilakukan Kuba. Orang-orang dewasa di negara itu yang terjangkit HIV dimasukkan ke sanatorium untuk dikarantina.

Nah, dalam kondisi inilah para Frikis melihat ada kesempatan untuk melarikan diri dari masyarakat yang diskriminatif, yang berusaha merampas kebebasan mereka.

“Ia tahu, dengan menginfesi diri, ia akan dikirim ke sanatorium,” ujar Niurka Fuentes, bercerita tentang suaminya, seorang Frikis bernama Papo La Bala alias Papo si Peluru, kepada Vice.

“Ia tahu akan bertemu orang seperti dirinya di sana, polisi akan meninggalkannya, dan ia bisa menjalani hidupnya dengan damai.”

Baca Juga: Hari AIDS Sedunia 1 Desember: Aktor Ini Jadi Orang Pertama di Indonesia yang Berani Terbuka Dirinya Kena HIV/AIDS, Meninggal Setelah 3 Tahun Berjuang Lawan Virus Mematikan

Menurut laporan Ranker.com, Papo menginfeksi dirinya dengan HIV menggunakan darah yang diperolehnya di sebuah konser.

Ia mengklaim, dirinya melakukan itu karena pemerintah Kuba tidak akan membiarkannya menjalani hidup dengan caranya, cara punk-nya.

Jadi ia akan melawan, bagaimanapun caranya.

Lebih dari itu, ia sadar dengan konsekuensi yang akan ia tanggung di depannya.

Baca Juga: SBY Nyanyikan Lagu Melow Untuk Sang Kekasih selama Proses Penyembuhan: 'Seindah Seruling Senja', Tepat Setengah Tahun Kepergian Ani Yudhoyono

Benar, daripada harus hidup di jalanan atau di tempat di mana mereka kerap dilecehkan dan dianiaya, para Frikis yang terinfeksi ini menemukan tempat di mana mereka dapat makan gratis, tempat tinggal, dan pengobatan.

Karena saking banyaknya Frikis yang dikirim ke sanatorium, tempat itu lantas menjadi surga punk.

“Anda bisa mendengar rock’n roll dan heavy metal yang keluar dari setiap rumah (di sanatorium),” ujar Yoandra Cardoso, seorang Friki yang kini tinggal di area bekas sanatorium.

“Ketika sanatorium dibuka pertama kali, 100 persen isinya Friki … kami semua bersama,” tambahnya.

Baca Juga: SBY Nyanyikan Lagu Melow Untuk Sang Kekasih selama Proses Penyembuhan: 'Seindah Seruling Senja', Tepat Setengah Tahun Kepergian Ani Yudhoyono

Masih menurut Vice, pada 1989, militer menyerahkan kendali sanatorium kepada Kementerian Kesehatan.

Dan di bawah metodologi progresif, para pasien yang tinggal di sana diperbolehkan mendengar dan memainkan alat musik, berpakaian sesuai selera, dan bersosialisasi dengan orang lain baik di dalam maupun di luar sanatorium.

“Kami menciptakan dunia kami sendiri di sana,” tambah Fuentas.

Kini, hampir seluruh sanatorium sudah ditutup. Kalaupun ada, fungsinya lebih untuk rawat jalan alih-alih tempat karantina. (*)

Baca Juga: Sempat Dituding Sebagai Pelakor, Artis Cantik Ini Relakan Anak Semata Wayangnya Berpisah dari Sang Suami Usai Jalani Operasi

 

Artikel ini sudah tayang di Intisari Online dengan judul Hari AIDS Sedunia: Saat Sekelompok Punk Sengaja Suntikkan Virus HIV ke Tubuh Sendiri Demi Kedamaian dan Surga