Find Us On Social Media :

Berantas Stunting: Menurut Kasad Jenderal Andika Perkasa, Stunting Menjadi Kendala Penanganan Bibir Sumbing pada Anak

Andika Perkasa

GridHEALTH.id - Stunting adalah indikator seorang anak yang kurang gizi.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

Baca Juga: MPASI Sesuai Takaran dan Kualitas Sumbang Pengurangan Masalah Stunting di Indonesia

Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.

Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Ternyata stunting pun berdampak pada anak dengan bibir sumbing.

Stunting sangat merugikan, terutama bagi pasien bibir sumbing yang harus segera melakukan operasi perbaikan.

Perlu diketahui anak yang mengalami bibir sumbing setidaknya harus melakukan operasi perbaikan saat usianya memasuki tiga bulan, dan operasi langit-langit di usia 10-11 bulan.

Baca Juga: 9000 Anak Lahir dengan Bibir Sumbing, Kasad TNI Jenderal Andika Perkasa;

Hal ini dilakukan agar anak pasien bibir sumbing terhindar dari berbagai masalah kesehatan lainnya seperti sulit makan, sulit bernapas, sulit bicara, terkena stunting, hingga masalah sosial.

Namun jika pasien bibir sumbing mengalami stunting, prosedur operasi tersebut jadinya akan tertunda.

Sebab anak yang akan melakukan prosedur operasi bibir sumbing ternyata harus dalam kondisi yang baik dalam artian tidak kurang gizi.

Sebab pasien bibir sumbing yang stunting akan tertunda operasinya sampai kondisi tubuhnya memungkinkan.

Hal ini diutarakan langsung oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), Jenderal Andika Perkasa, kepada GridHEALTH.id, saat ditemui di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta (16/12).

Dalam memperingati Hari Juang 2019, TNI Angkatan Darat (AD) yang berkolaborasi dengan Smile Train Indonesia dan Persatuan Dokter Spesialis Plastik, Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (PERAPI) melaksanakan operasi bibir sumbing gratis di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Banderol Rp 80 Juta Setiap Kali Kencan, Pernikahan Vanessa Angel Malah Dihujat Warganet, Settingan?

Menurutnya ada beberapa pasien yang tidak memungkinkan melakukan operasi bibir sumbing karena berat badan kurang yang diakibatkan kurang gizi.

"Meski begitu mereka tetap didaftarkan dan diberi asupan gizi, berkordinasi dengan rumah sakit setempat dan setelah memenuhi syarat akan di daftar ulang," ungkap Jenderal Andika.

Baca Juga: Kaleidoskop Kesehatan 2019: Deretan Artis Selamat dari Kecelakaan Maut, Ditancap Batangan Titanium di Tulang hingga Tempurung Kepala Diangkat

Menilik dari sisi medis, prosedur operasi termasuk operasi bibir sumbing pada anak kurang gizi memang sangat tidak disarankan, sebab mereka berisiko mengalami dehisensi luka operasi.

Dilansir dari fk.ui.ac.id, dehisensi luka operasi merupakan kondisi terbukanya kembali luka operasi yang telah dijahit secara primer.

Ada banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan baik bagi penderita, keluarga, maupun ahli bedah beserta tim.

Dampak bagi penderita antara lain infeksi dan perluasan luka yang diikuti oleh penyulit.

Tidak jarang kematian dijumpai sehubungan dengan infeksi berat atau penyulit yang terjadi.

Baca Juga: Bawang Merah dan Kapur Barus, Solusi Bagi yang Mempunyai Masalah dengan Uban

Pada pasien yang bertahan hidup, kerap diperlukan operasi berulang, lama rawat yang berkepanjangan dampak psikologis serta biaya pengobatan. 

Penyebab dehisensi luka operasi pada anak pun bersifat multifaktorial.

Diantaranya faktor tubuh anak, baik lokal (jenis sayatan, jenis simpul, operasi gawat darurat, operasi terinfeksi atau kebocoran usus) maupun sistemik dan faktor lingkungan.

Baca Juga: Hati-hati, Bila Stres Mendera Segera Cari Solusi Karena Bisa Picu Kecanduan Gula yang Berujung Diabetes

Faktor lainnya misalnya faktor gangguan oksigenisasi, gangguan kecukupan aliran vena, infeksi, diabetes, obat-obatan (steroid, antiinflamasi, nonsteroid, kemoterapi), kondisi imunokompromis atau rentan (keganasan, radiasi, AIDS) dan tentunya faktor kurang gizi.

Baca Juga: Berita Kesehatan Popular: Artis Menggunakan Ari-ari Anak untuk Mengobati Penyakitnya, Hingga Lahiran di Usia 6 Bulan

Oleh karena itu, setiap orang mesti menyadari akan pentingnya gizi ini agar tidak mengalami berbagai masalah kurang gizi seperti, stunting sampai dehisensi luka operasi.(*)

 #gridhealthid #inspiringbetterhealth #berantasstunting