GridHEALTH.id – Wabah virus coroa baru alias SARS CoV-2 yang sekarang tengah melanda Indonesia tidak saja dihadapi oleh tenaga medis dalam penanganan para pasien korban infeksi corona.
Mereka yang ada di balik meja dan bejana di laboratorium pun menjadi pihak yang diandalkan dalam kondisi genting seperti sekarang ini.
Karena seseorang dinyatakan positif atau tidaknya terinfeksi virus corona baru ini, harus berlandaskan keputusan medis.
Baca Juga: Anies Bawesdan Khawatirkan Mortalitas Covid-19 di DKI; 'Sudah di Atas Angka Rata-rata Dunia'
Di Indonesia Lembaga Biologi Molekuler Eijkman terhitung sejak 16 Maret 2020 telah menerima lebih dari 2.500 sampel pasien terduga terpapar virus corona baru (Covid-9).
"Hingga saat ini sejak tanggal 16 Maret, kami sudah menerima 2500an sampel dan 10 persen positif," ujar Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio, dalam program Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Jumat (3/4/2020).
Amin menjelaskan jumlah sampel terus berdatangan setiap harinya ke Lembaga Eijkman untuk diuji.
Baca Juga: Covid-19 Mengancam Profesi Jurnalis di Indonesia, CNN dan Metro TV Sudah Terkena Imbasnya
Baca Juga: Saking Menumpuknya Mayat Korban Covid-19, Milan Tutup Tempat Kremasi
Sampel-sampel tersebut berasal dari kiriman lebih dari 100 instansi baik dari Jakarta dan sekitarnya, hingga luar Jakarta.
Padahal kapasitas pengujian yang dapat dilakukan Lembaga Eijkman adalah 180 tes per harinya.
Karenanya, lanjut Amin Subandrio, "Sekarang kita coba meningkatkan hingga di atas 200 tes perhari."
Banyaknya dan derasnya sempel yang berdatangan menjadi penyebab keterlambatan proses pemeriksaan. Tapi menurut Amin Subandrio pihaknya tidak menolak sampel yang terus berdatangan itu.
Baca Juga: Langkah Keras Dilakukan, Italia Telah Ratakan Kurva Penyebaran Covid-19
Amin Subandrio melanjutkan, ketersediaan laboratorium dan peningkatan kualitas pelayanan laboratorium yang sudah ada sangat penting dalam kondisi-kondisi seperti ini.
Pun Amin Subandrio tidak menampik hal tersebut membutuhkan biaya yang banyak untuk merealisasikannya.
"Memang itu membutuhkan investasi cukup besar. Mengingat urgensi kebutuhan mendesak dari situasi saat ini. Kita tidak bisa membuat antrian pengujian sampel ini menjadi panjang," ujarnya.
Menurut Amin Subandrio keterlambatan pengujian sampel satu hari saja sangat gawat dalam upaya percepatan penanggulangan COVID-19.
Di sisi lain kemajuan laboratorium epidemiologi molekuler juga diharapkan mampu melacak pergerakan virus yang menyerang sistem pernapasan ini.
Baca Juga: Rahasia Lansia 76 Tahun Asal Surabaya yang Sembuh Total Dari Covid-19
"Sidik jari virus itu bisa digunakan untuk melacak. Misalnya ada kasus di Pontianak. Nanti bisa dilacak dari mana asalnya, apakah dari kota lain, apa dari Kota Depok," ucap Amin.
Sementara itu, tahukah ada seorang anak bangsa Indonesia yang ternyata telah memproduksi alat tes Covid-19.
Malah Rapid Test hasil produksinya itu sudah mendapatkan lisensiedar dari tiga pasar penting di dunia.
Mulai dari Eropa dengan sertifikasi CE, India yang disetujui oleh National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research, serta Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Update Covid-19; Siap-siap Indonesia Akan Masuki Masa Kritis Corona
Baca Juga: Berjemur Memperkuat Kekebalan Tubuh Melawan Virus Corona, Jam Berapa Waktu yang Tepat?
Dia adalah entrepreneur Indonesia bernama Santo Purnama.
Santo Purnama mengklaim berhasil mengembangkan alat tes mandiri untuk Covid-19 hanya dalam waktu 4 bulan.
Alat ini memungkinkan setiap orang untuk melakukan pengetesan di rumah masing-masing.
Proses pengetesannya hanya butuh waktu 10 menit.
Untuk harganya, cukup terjangkau. Sekitar Rp 160 ribu per unit.
Santo Purnama mengembangkan teknologi pengetesan Covid-19 melalui perusahaannya, Sensing Self, yang berbasis di Singapura. Resmi diproduksi sejak bulan Februari.
Baca Juga: Sedih, Kakek Ini Hanya Bisa Menatap Sang Cucu dari Balik Jendela Karena Virus Corona
Amazingnya, untuk pasar Amerika, FDA telah memberikan persetujuan bagi alat tes Sensing Self, dengan syarat bahwa penggunaannya harus dilakukan di lembaga medis formal.
Pemerintah India bahkan telah memesan alat tes cepat Sensing Self sejumlah 3 juta unit.
Nah, sebagai warga negara Indonesia (WNI), Santo Purnama siap membawa alat tes mandiri ini untuk membantu Pemerintah Indonesia menanggulangi wabah Covid-19.
Baca Juga: PMI Kekurangan Stok Darah, Padahal Mendonorkan Darah Tetap Aman di Tengah Pandemi Virus Corona
Baca Juga: Murkanya Kapolsek Jember Mengetahui Ada Oknum Guru yang Nekat Arisan di Tengah Wabah Corona
Tapi sayang, karena birokrasi perijinan, dirinya belum mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang untuk menyebarluaskan rapid test miliknya di Indonesia.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona