GridHEALTH-id - Gembar-gembor penggunaan herd immunity di Tanah Air kini kian merajalela.
Herd immunity adalah perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi.
Dalam opsi kebijakan herd immunity, individu yang rentan dan tidak memiliki kekebalan alami akan menjadi korban pertama.
Orang lanjut usia, anak bayi yang belum diberi vaksin apa pun, individu yang kena HIV/AIDS, limfoma, leukemia, kanker sumsum tulang, gangguan limpa atau pasien kemoterapi dan radioterapi termasuk individu dengan kelainan sistem kekebalan tubuh adalah yang paling rentan dari metode herd immunity tersebut.
Baca Juga: Sekolah Akan Dibuka Awal Tahun 2021, IDAI Berikan Anjuran Belajar Mengajar saat Pandemi Covid-19
Merespons anggapan ini, pemerintah menegaskan bahwa penanganan virus corona di Indonesia tidak menggunakan konsep herd immunity.
Hal ini disebutkan oleh beberapa bawahan Presiden Jokowi, misalnya jubir penanganan percepatan Covid-19, Achmad Yurianto.
Seperti diberitakan Kompas.com, 13 Mei 2020, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan, pemerintah tidak menggunakan strategi herd immunity.
Baca Juga: Tak Mau Jenazah Suaminya Dibawa Petugas Satgas Covid-19, Wanita Ini Diseret Keluar dari Kamar Mayat
"Pertanyaannya apakah kita pakai itu? Jawabannya tidak," ujar Yuri.
Ia juga memastikan, ke depannya strategi tersebut tidak akan digunakan.
"Tidak, tidak (ke depannya tidak digunakan)," lanjut dia.
Baca Juga: Waspada Gelombang Kedua Virus Corona, Indonesia Perlu Belajar dari Korea Selatan
Bantahan yang sama juga disampaikan pihak Istana melalui Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral.
Donny menegaskan, rencana pemerintah melakukan relaksasi PSBB bukan bertujuan untuk memunculkan kekebalan kelompok.
"Tidak benar akan ada herd immunity karena protokol kesehatan tetap dilakukan. Ketika orang berada di luar pun nanti ketika pelonggaran, tidak serta merta orang keluar rumah tanpa pakai masker, berkerumun, dan tidak menjaga jarak," kata Donny.
Sementara itu, seorang epidemiolog FKM UI, Pandu Riono mengaku sangsi bila pemerintah akan menempuh opsi herd immunity.
Baca Juga: Update Covid-19; Vaksin Buatan China 99 Persen Diklaim Akan Berhasil
"Kalau memang ada pembiaran secara sistematik agar banyak masyarakat terinfeksi, ya bisa dianggap seperti itu. Tetapi, itu tidak mungkin karena herd immunity hanya terjadi bila lebih dari 70-80% penduduk indonesia terinfeksi dan punya imunitas yang berhasil hidup," kata Pandu Riono.
Menurut dia, spekulasi terkait herd immunity muncul karena tidak ada edukasi pada masyarakat, sehingga masyarakat lebih mudah dihasut dengan isu yang belum tentu benar.
Pandu Riono juga menjelaskan bahwa herd immunity dan istilah new normal yang digulirkan oleh pemerintah adalah dua hal yang berbeda.
"Kalau new normal kan kalau nanti sudah dikurangi pembatasannya, maka kita akan mengadopsi perilaku hidup yang berbeda agar menekan risiko penularan virus, seperti selalu pakai masker, dan lain-lain. Itu pun akan dilakukan bertahap setelah pesyaratan pelonggaran terpenuhi," kata Pandu. (*)
#hadapicorona #berantasstunting