Find Us On Social Media :

Surabaya Zona Hitam Covid-19, Tapi Walikotanya Disanjungan Menkes Terawan, Doni Monardo dan Risma Ungkap Sebabnya

Alasan Risma mengapa Surabaya menjadi zona hitam.

GridHEALTH.idSurabaya Zona Hitam Covid-19, Tapi Walikotanya Dapat Sanjungan Menkes Terawan, Doni Monardo dan Risma Ungkap Penyebanya.

Seperti kita tahu, Surabaya kini menjadi black zone alias zona hitam kasus Covid-19 di Indonesia.

Walau demikian pemerintahannya tidak gentar. Malah sempat bersitegang dengan pemerintahan provinsi Jawa Timur.

Baca Juga: Awalnya RS Rujukan, Tetiba Rumah Sakit di Singosari Malang Utara Ini Disebut Tak Layak Jadi Rujukan Covid-19, Alasannya Politis?

Di sini publik banyak yang bertanya-tanya mengapa Surabaya bisa sampai seperi itu?

Terlebih lagi pemerintahan kota Surabaya yang dipimpin Tri Rismaharini mendapat sanjungan baik dari Menkes Terawan.

Menjadi zona hitam kok disanjung alias dipuji Menkes Terawan?

Menurut Walikota Surabaya yang akrab disapa Risma, jumlah penderita virus corona di Surabaya meningkat, hal itu lantaran tes swab masif baru dilakukan belakangan ini.

Terkait mengapa kasus positif Covid-19 tinggi dan terus meningkat, Risma menjelaskan bahwa jika sebenarnya kasus positif Covid-19 di Surabaya malah tingkat kesembuhannya yang cepat.

Baca Juga: Kasus Corona di Indonesia Masih Tinggi, Virus Antraks Sudah Menginfeksi 23 Orang di Gorontalo Sulawesi

Baca Juga: Forbes Ungkap Indonesia Posisi 97 dari 100 Negara Aman Corona

Jika pun akhirnya ditemukan pasien positif virus corona, hal itu lantaran tes swab yang meningkat.

Peningkatan itu lebih disebabkan hasil tes di laboratorium yang telat keluar.

"Kemarin tiga hari, 350, 137, kemudian 50 (positif) ada agak delay hasil swab kami mulai tanggal 4-7 (Juni), kenapa kemarin tinggi itu? (Tanggal) 4, 5, 6, itu belum ada hasilnya, jadi itu kumulatif tiga hari, yang hasilnya belum dapat," kata Risma, melansir wartaekonomi.co.id (10 Juni 2020).

Risma mengaku bersyukur lantaran sekarang hasil tes swab bisa keluar lebih cepat. Risma membandingkan, pada awal-awal pandemi Covid-19, hasil tes pasien bisa keluar satu bulan atau tiga pekan.

"Ada dua minggu, tapi sekarang relatif tiga hari, itu pun saya sampaikan kalau kita terlambat dia (pasien positif) bisa memungkinkan menularkan jika kita melakukan pendeteksian itu, kami harus cepat dan segera supaya penularan itu bisa terputus," kata Risma yang juga ketua DPP PDIP itu.

Baca Juga: Manfaat L-Carnitine Dalam Tubuh, Kurangi Risiko Jantung Hingga Obati Impoten, Banyak Terdapat Pada Tempe

Baca Juga: Update Covid-19; Hanya Dalam 24 Jam Kasus Corona di Indonesia Melonjak, Penyumbang Tertinggi DKI Jakarta

Sebelumnya, Risma berterus terang menegaskan tidak memperhatikan apakah Surabaya itu masuk zona merah, biru, kuning, atau putih.

Dia menyebut, yang diperhatikan pemkot adalah warga yang sakit atau warga yang sebetulnya carrier. Menurut dia, orang seperti itu yang beraktivitas di luar dengan status OTD sangat memungkinkan menjadi penular, tetapi orang itu tidak tahu kalau ia positif Covid-19.

"Jadi karena itu, hari demi hari, saya melototi data pasien dan posisinya pasien itu ada di mana. Kemudian saya membuat pemetaan karena saya lihat saya harus tahu kondisi kampung gitu seperti apa, semisal dia tinggal di kampung, kemudian misalkan dia tinggal di apartemen itu posisinya seperti apa, kalau dia tinggal di rumah susun saya harus melakukan apa, kalau dia bekerja misalkan dia ada di toko dengan pegawai-pegawai, saya harus apa, kalau dia ada di pasar harus apa," kata Risma.

Baca Juga: Satu Bulan Lockdown Dibuka, Pakistan Catat Rekor Tertinggi Angka Kematian Covid-19

Hal tersebut ditegaskan Doni Monardo dalam kesempatan berbeda.

Menurut Doni, melansir tribunnews.com (3 Juni 2020), peningkatan kasus positif covid-19 di Surabaya merupakan buah kerja keras pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan tracing dan pengambilan sampel di berbagai lingkungan masyarakat.

"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020).

Baca Juga: Cara Mudah Mendeteksi Tanda-tanda Hamil Muda Usia Kehamilan 2 Minggu

Baca Juga: Buntut dan Bukti Baru Kerusuhan di RS Mekarsari Bekasi, Tenaga Medis yang Kepukul Warga Ikhlas, Akar Masalahnya Informasi Tak Sampai

Dalam kunjungan bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Doni justru menyanjung Pemkot Surabaya.

Menurut Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto, pola penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Surabaya, sangat baik.

Meski kasus di Surabaya masih tinggi, dia menganggap semangat dan etos kerja dibawah komando Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini patut diapresiasi.

"Luar biasa, semangatnya dengan keterbatasan (peralatan) itu luar biasa kalau mungkin orang lain boleh menilai lain, kalau saya lihat luar biasa," katanya.

Meski demikian, dia mengingatkan jajaran di Pemkot untuk tidak kendor, sebab, memang penanganan harus terus dilakukan.

Selain itu, kasus di Surabaya sejauh ini memang masih butuh penanganan.(*)

Baca Juga: Studi di Belanda: Anak-anak Bukan Penyebar Virus Corona yang Utama

#brantasstunting

#HadapiCorona