GridHEALTH.id - Tak bisa dipungkiri, banyak masyarakat Indonesia yang masih belum paham akan pemenuhan gizi seorang anak.
Hal itu terbukti dari masih banyaknya kasus permalahan gizi anak di tanah air.
orangtua yang masih memberikan anaknya susu kental manis (SKM) setiap hari.
Berdasarkan riset kesehatan dasar nasional (Riskesdas) 2018, menunjukkan bahwa prevalensi balita underweight (17,7%), stunting (30,8%), Wasting (10,2%) dan obesitas (balita, 8%).
Salah satu penyumbang masalah gizi tersebut adalah masih banyaknya orangtua yang memberikan anaknya susu kental manis (SKM) setiap hari.
Apalagi tak sedikit dari mereka yang menganggap SKM sama seperti susu murni biasa.
Padahal 50 % kandungan dalam SKM merupakan gula yang jika dikonsumsi berlebihan oleh anak dapat menyebabkan permasalahan gizi yang serius.
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat dalam webinar bertajuk Lindungi Anak Indonesia dari Stunting di Masa Pandemi Covid-19, Senin (22/6/2020) mengatakan, "Satu gelas SKM sama dengan mengonsumsi 5 - 9 sendok gula. Masih banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa SKM adalah gula yang beraroma susu."
Lebih lanjut, Arif mengungkapkan hasil survei YAICI pada 2018, dimana 97% orangtua di Kendari, Sulawesi Tenggara dan 79% orangtua di Batam, Kepulauan Riau, masih beranggapan bahwa SKM merupakan susu yang bergizi dan harus dikonsumsi anak setiap hari.
"Di era pandemi covid-19 ini juga banyak yang menyisipkan SKM pada sembako bantuan pemerintah yang makin menyesatkan persepsi masyarakat," ungkapnya.
Dilihat dari sisi medis, perlu dipahami bahwa mengonsumsi gula berlebihan sejak kecil dapat memengaruhi kondisi kesehatan anak di masa depan.
Beberapa penyakit kronis bisa dipicu oleh kebiasaan mengonsumsi banyak gula ini, salah satunya adalah penyakit diabetes.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Baca Juga: Virus Corona Makin Terkendali di Ibu Kota, Anies Baswedan: '22 Juni Ini Kado Masyarakat Jakarta'
Penyakit ini dapat memicu komplikasi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh lainnya, seperti ginjal dan hati.
Bila jika terus dibiarkan tak sedikit pasien diabetes yang berujung meninggal dunia.
Untuk itu, sebagai orangtua yang bijak penting untuk mengetahui dan paham akan kandungan gizi dari SKM ini.
Baca Juga: Nyeri Punggung Ganggu Aktivitas, Ini Tips Untuk Mengatasinya
Mengenai hal tersebut, Dirjen Gizi Kemenkes RI, Dr. Dhian Dipo juga sempat menegaskan bahwa susu kental manis bukan untuk balita maupun bayi.
Melansir Tribun Kesehatan (21 Juni 2020), susu kental manis sama sekali bukan pengganti ASI dan bukan pengganti susu.
Baca Juga: Tak Boleh Sembarangan Copot Ventilator, Harus Petugas Medis Karena Ini Akibatnya Bagi Pasien
Menurut Dahian, susu kental manis justru memiliki kandungan gula yang terlalu tinggi dan sangat membahayakan jika dikonsumsi bayi dan anak-anak.
“Jadi saya mengingatkan, kalau nanti ada bantuan sosial yang terdapat di dalamnya makanan instan seperti SKM, itu bukan untuk balita.
SKM itu juga bukan sesuatu yang baik untuk diminum tunggal seperti buat minuman yang hanya isinya susu saja, itu tidak bisa.
SKM harus digabung dengan makanan lain seperti pepaya, sirup kan itu jadi campuran. Tetapi itu juga tidak menjadi sumber gizi utama. Dalam surat edaran Menteri Kesehatan juga kita sampaikan bahwa SKM itu tidak diberikan kepada bayi dan balita,” katanya.(*)
Baca Juga: Nol Kasus Baru dan Kematian serta 21 Pasien Dinyatakan Sembuh, Ini Reaksi Gubernur Kalimantan Barat
#berantasstunting #hadapicorona