Find Us On Social Media :

Meski Telah Melampaui 2,5 Juta Kasus, Kepala CDC Justru Perkirakan Kasus Corona AS Mungkin 10 Kali Lipat dari Data

Robert Redfield, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, berbicara tentang virus corina di Ruang Sidang Singkat James Brady Gedung Putih di Washington pada 22 April 2020.

GridHEALTH.id - Sejauh ini, Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara dengan kasus virus corona tertinggi di dunia.

Hingga artikel ini tayang, total kasus positif virus corona (Covid-19) yang dilaporkan AS yakni sebanyak 2,637,077 kasus.

Bahkan, kasus kematian akibat virus corona yang melampaui angka 128 ribu orang juga menjadi jumlah tertinggi di antara 215 negara yang melaporkan kasus virus corona.

Baca Juga: Waduh, Takut Virus Corona Banyak Warga AS Kumur Pakai Cairan Pemutih

Kendati demikian, dalam jumpa pers pada tanggal 25 Juni, Dr. Robert Redfield, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), mengatakan bahwa hitungan resmi saat ini dari kasus Covid-19 di AS mungkin sebenarnya terlalu rendah perkiraannya secara drastis, seperti dilansir dari Time.

Baca Juga: Cara Hadapi Corona ala Presiden Brazil, Hapus Data Covid-19, Anggap Kematian Pasien Sebagai Takdir

Redfield mengatakan, perkiraan baru yang jauh lebih tinggi, didasarkan pada data yang muncul dari pengujian antibodi, yang mengambil keberadaan sel-sel kekebalan yang bereaksi terhadap virus corona.

Sebelumnya, pengujian hanya difokuskan pada mereka yang memiliki gejala. 

Namun dikarenakan begitu banyak orang yang terinfeksi virus corona yang disertai dengan gejala ringan atau bahkan tidak menyadari jika mereka terinfeksi, maka Redfield mengatakan, informasi terkini tentang total kasus adalah perkiraan yang terlalu rendah.

“Pendekatan tradisional dalam mencari penyakit simptomatik, dan diagnosis jelas di bawah perkiraan jumlah total infeksi,” kata Redfield.

Baca Juga: Habiskan Rp 134 Miliar, Konglomerat Amerika Sibuk Cari Bungker Mewah untuk Selamatkan Diri dari Paparan Virus Corona

"Sekarang setelah tes serologi tersedia, yang menguji antibodi, perkiraan yang kami miliki sekarang menunjukkan sekitar 10 kali lebih banyak orang memiliki antibodi di yurisdiksi yang diuji daripada infeksi yang didokumentasikan." tambah dia.

Hal itu mungkin juga berkontribusi terhadap tren penurunan baru-baru ini dalam usia rata-rata orang yang didiagnosis.

Baca Juga: Amerika Kelimpungan, Lebih 50 Ribu Orang Meninggal Akibat Covid-19

Sebab, berdasarkan catatan Redfield, orang-orang itu kemungkinan tidak didiagnosis di masa lalu, ketika orang yang lebih muda cenderung mengalami gejala parah sehingga menyebabkan mereka perlu mendapatkan sistem perawatan kesehatan, di mana kasus-kasus awal didokumentasikan.

Sekarang pengujian lebih banyak tersedia di komunitas, sehingga menjadi jelas bahwa lebih banyak orang saat ini terinfeksi atau telah pulih dari Covid-19 daripada yang diyakini sebelumnya.

Tak hanya itu, dalam jumpa pers tersebut, CDC juga mengumumkan perubahan pada definisi orang dengan risiko tinggi Covid-19.

Baca Juga: Gejala Baru Virus Corona Dirilis CDC, Semakin Sulit Dideteksi

Di mana saat ini orang-orang itu termasuk mereka yang menderita asma, demensia dan riwayat stroke, serta orang-orang yang sedang hamil.

Meski risiko absolut infeksi untuk kelompok-kelompok ini masih rendah, tetapi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kondisi ini, risiko ini patut dicatat.

Baca Juga: Tiru China, Rumah Sakit di Amerika Gunakan Vitamin C Obati Pasien Covid-19

Berdasarkan data baru, CDC juga memperbarui daftar kondisi medis yang dapat membuat orang lebih rentan terhadap Covid-19, di antaranya obesitas dan diabetes tipe 2, kondisi yang sama-sama umum pada populasi A.S., termasuk di antara orang yang lebih muda.(*)

 #berantasstunting #hadapicorona