GridHEALTH.id - Semakin mewabahnya virus corona (Covid-19) di Surabaya membuat dokter sekaligus Relawan Medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Tirta Mandira Hudhi ikut angkat bicara.
Menurutnya ada beberapa masalah yang menghambat penanganan Covid-19 di Jawa Timur khususnya di Kota Surabaya sehingga tidak berjalan optimal.
Pertama narasi ketakutan Covid-19 yang terlalu berlebihan di Jawa Timur, seperti kota Surabaya yang digambarkan seolah medan perang.
"Pokoknya medeni (menakutkan) kalau kamu ke Surabaya sudah pasti mati lah," kata dokter Tirta dikutip dari TribunJatim, Rabu (8/7/2020).
Akibatnya banyak masyarakat Surabaya yang menolak untuk melakukan rapid test karena ketakutan yang berlebihan terhadap Covid-19.
Baca Juga: 99,99 Persen Bunuh Virus Corona dalam 30 Detik, Begini Rupanya Kandungan Obat Kumur PVP-I
"Mereka takut bukan karena konspirasi atau rapid test nya tidak akurat tapi karena takut tidak kerja kalau reaktif," lanjut dokter lulusan UGM ini.
Hal ini menyebabkan Tracing atau penelurusan Covid-19 di Jawa Timur sulit dilakukan sehingga penularan sulit dihentikan.
"Yang Kedua, konflik karena adanya kebijakan-kebijakan yang bertentangan satu sama lain oleh kalangan elit," kata dr Tirta.
Menurut dokter Tirta hal tersebut menyebabkan perbedaan opini di akar rumput.
"Kalau atasnya berantem, di bawah juga berantem karena perbedaan opini. Ada kampung yang percaya Covid-19 ada yang tidak percaya Covid-19, ini karena edukasi yang tidak sampai ke bawah," lanjutnya.
Konflik yang ketiga adalah adanya tuduhan dan fitnah nakes yang membisniskan Covid-19.
Hal tersebut menurut dr Tirta sangat menyedihkan karena Nakes bekerja sesuai SOP yang sudah ditetapkan.
"Kalau A ya A. Karena kalu kita bekerja tidak sesuai SOP maka akan dianggap malpraktik dan mendapatkan tuntutan hukum," ucapnya.
Baca Juga: 10 Makanan Sehat Pencegah Ejakulasi Dini Ini Harus Diketahui Pria
Dari semua konflik tersebut, yang paling berdampak besar adalah pembelaan masing-masing antara pro dan kontra suatu kebijakan.
"Yang paling rugi ada dua, yaitu nakes dan masyarakat akar rumput," ucap pengusaha jasa cuci sepatu ini.
Untuk itu, di Jawa Timur dr Tirta bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur melakukan edukasi terutama di Surabaya kepada para pengunjung pasar.
Hal ini karena banyaknya klaster penularan Covid-19 yang berasal dari pasar tradisional.
Selain itu, dr Tirta juga melakukan edukasi dengan cara diskusi dua arah dengan suporter bola di Surabaya yaitu Bonek.
Diketahui hingga Rabu (8/7/2020), Surabaya masih menjadi wilayah dengan total kasus Covid-19 tertinggi di Jawa Timur.
Kendati demikian, tambahan kasus harian di Surabaya menurun dan mengalami stagnasi selama dua hari terakhir ini.
Pada Senin lalu, Surabaya mendapat tambahan 52 kasus baru, sementara data terbaru mendapat 56 kasus baru.
Kabar baik lainnya juga datang dari jumlah pasien yang dinyatakan sembuh.
Sebanyak 65 pasien telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 di Surabaya.
Tambahan kasus harian yang menurun dan pasien sembuh yang meningkat memberikan harapan baru pandemi Covid-19 di Surabaya segera mereda.
Baca Juga: Menkes Terawan Beri Apresiasi, Sistem Imun Orang Papua Dinilai Bandel
Alhasil laman infocovid19.jatimprov.go.id melaporkan total keseluruhan kasus di Surabaya menjadi 6573 kasus.
Dengan rincian 2962 pasien dalam masa perawatan, 3071 pasien sembuh, dan 540 pasien meninggal dunia.
Jumlah tambahan kasus harian memberikan gambaran landai pada kurva penanganan kasus virus corona di Surabaya setelah mendapatkan ledakan kasus dalam dua bulan terakhir.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona