Find Us On Social Media :

Tak Ditemukan di Indonesia, Kementerian Kesehatan Minta Masyarakat Waspadai Virus Flu Babi Baru

Kemenkes memnita masyarakat waspada akan virus flu babi baru (G4 EA H1N1).

GridHEALTH.id - Virus flu babi baru atau virus G4, belakangan ini menjadi salah satu virus yang tengah dibicarakan di seluruh dunia.

Disinyalir, virus flu babi jenis baru (G4 EA H1N1) ini sangat menular dan dapat menjadi pandemi selanjutnya usai virus corona.

Baca Juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui Seputar Virus Flu Babi G4, Ternyata Tak Perlu Dikhawatirkan

Namun beruntungnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan bahwa virus flu babi baru ini tidak ditemukan di Indonesia.

Informasi ini didasarkan pada hasil surveilans dan analisis genetik yang dilakukan oleh Balai Veteriner Medan dan Balai Besar Veteriner Wates.

Baca Juga: Update Covid-19; Ternyata Karantina Mandiri di Rumah Berisiko Membuat Kluster Corona di Keluarga

Meski demikian, rupanya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pertanian (Kementan) mulai mewaspadai adanya penyebaran virus flu babi baru tersebut.

“Kami telah membuat Surat Edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Galur Baru Virus Flu Babi H1N1 (G4 EA H1N1). Surat edaran ini mengajak semua pihak terkait untuk meningkatkan kerjasama, mewaspadai, dan menyiapkan rencana kontingensi kemungkinan masuk dan munculnya G4 EA H1N1 di Indonesia,” ujar Ketut dalam seminar online yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian pada Jumat (10/7).

Baca Juga: Droplet, Aerosol, Airborne yang Jadi Penularan Virus Corona, Apa Perbedaanya?

Sementara itu, juru bicara pemerintah terkait penanganan Covid-19 sekaligus Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan pemerintah berkewajiban memberikan informasi yang tepat tentang virus flu babi yang baru ini untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan, baik bagi para petugas kesehatan dan kesehatan hewan, juga untuk masyarakat umum.

Ia juga menyambut baik kegiatan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian melalui pendekatan “One Health” dalam upaya mencegah penyakit zoonosis.

Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Andrea Dian Jalani Program Bayi Tabung, Amankah Dilakukan saat Pandemi Virus Corona?

“Kita terus lanjutkan dan perkuat kerjasama One Health yang sudah berjalan baik dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan koordinasi dari Kemenko PMK,” kata dr. Achmad.

Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dan disikapi dengan tepat terkait dengan zoonosis, yaitu:

(1) Zoonosis cenderung menimbulkan mortalitas tinggi pada hewan dan manusia, sehingga berakibat negatif pada kehidupan, keselamatan, perekonomian, serta kesejahteraan manusia.

(2) Dewasa ini, ancaman penyakit infeksi emerging meningkat dalam skala global dengan munculnya hotspot zoonosis di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Anies Baswedan Beberkan Fakta Dibalik Lonjakan Kasus Covid-19 di Jakarta Selama Sepekan: 'Bukan Kita Pasif'

(3) Dengan semakin derasnya arus globalisasi informasi, perdagangan dan transportasi, maka mobilitas orang, hewan, barang dan alat angkut lintas negara semakin intens. Seakan-akan tidak ada lagi batas nasional antara negara. Keadaan ini berdampak pada semakin mudahnya penularan dan penyebaran penyakit menular, termasuk zoonosis. Akibatnya, zoonosis juga berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

(4) Penularan zoonosis dapat terjadi dari hewan domestik atau pets, dari hewan ternak, dan dari satwa liar ke manusia. Penularan seperti ini disebut spillover. Manusia, sebagai inang baru zoonosis tertentu, dapat menjadi semacam amplifier penularan dari manusia ke manusia secara cepat. Bahkan selanjutnya zoonosis tersebut dapat menyebar lintas negara ke seluruh dunia. Keadaan ini juga berpotensi menimbulkan terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Baca Juga: Kasus positif Covid-19 kembali Melonjak Tinggi, Ahli Epidemiologi; Indonesia Belum Mencapai Puncak Gelombang Pertama

(5) Zoonosis tertentu, seperti Antraks, pernah dilaporkan digunakan sebagai senjata biologis dan disalah-gunakan untuk tujuan bio-terorisme.

(6) Pemerintah bersama masyarakat saat ini memberikan perhatian khusus pada zoonosis tertentu yang merupakan masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia serta mempunyai tehnologi intervensi yang layak, efektif dan efisien untuk dilaksanakan, yaitu : Rabies, Flu Burung, Leptospirosis, Antraks dan Pes.

Baca Juga: Demi Bisa Mengazani Buah Hatinya yang Baru Lahir, Pasien Covid-19 Sumenep Kabur dari Rumah Sakit ke Puskemas

Melihat hal tersebut, meski belum atau tidak ditemukan di Indonesia, masyarakat perlu waspada akan adanya virus flu babi baru (G4 EA H1N1). (*)

#hadapicorona