Mantan Fotographer Majalah Motor Ditemukan Tewas di dalam Mobil, Waspada Kematian Mendadak Bisa Datang Kapan pun

Kematian mendadak dialami oleh seorang senior Kompas Gramedia Group, Selasa (28/7/2020) malam.

Kematian mendadak dialami oleh seorang senior Kompas Gramedia Group, Selasa (28/7/2020) malam.

GridHEALTH.id - Diduga tertidur pulas, seorang pria justru tewas di dalam mobil tepat di lampu merah kawasan Bintaro, Pondok Aren Tangerang Selatan, Selasa (28/7/2020) malam.

Awalnya, sebuah mobil dengan pengendara laki-laki berhenti tepat di lampu merah.

Baca Juga: Ayah Ivan Gunawan Meninggal Dunia, Sempat Keluhkan Sakit Maag hingga Jantungnya Bermasalah

Lantaran mobil tak kunjung jalan dan terus diam dalam kurun waktu yang lama, sejumlah warga yang melintas menduga pengendara mobil itu tertidur.

Namun, usai jendela kaca berkali-kali diketuk, pengendara tak kunjung memberi respons.

Setelah dilakukannya pemeriksaan oleh pihak berwenang, rupanya pengendara mobil berplat B itu sudah tak bernyawa.

Baca Juga: Pramono Edhie Wibowo Meninggal Akibat Serangan Jantung, Setahun Lalu Sempat Jadi Pendonor Sumsum Tulang Belakang untuk Ani Yudhoyono

Usai diselidiki lebih lanjut, pengendara yang bernama Krisna Khasmir itu diketahui merupakan seorang senior di Kompas Gramedia Group. Beliau adalah seorang mantan fotografer Majalah Motor, Otomotif Grup.

Menurut keterangan dari sang istri, Evry, Almarhum Krisna Khasmir meninggal dunia karena serangan jantung.

Gejala serangan jantung mirip gejala gangguan pencernaan yang disebut GERD.

Serangan jantung memang kerap kali berkaitan dengan kematian mendadak. Dikutip dari American Heart Association, serangan jantung terjadi ketika arteri yang tersumbat mencegah darah kaya oksigen dari mencapai bagian jantung.

Jika arteri yang tersumbat tidak dibuka kembali dengan cepat, bagian jantung yang biasanya dipelihara oleh arteri itu mulai mati. Semakin lama seseorang pergi tanpa pengobatan, maka akan semakin besar kerusakannya.

Baca Juga: 5 Kematian Mendadak Perlu Diwaspadai, Tak Cuma Serangan Jantung

Gejala serangan jantung bisa langsung dan intens. Umumnya, gejala mulai perlahan dan bertahan selama berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu sebelum serangan jantung.

Serangan jantung berbeda dengan serangan jantung mendadak. Pada serangan jantung mendadak, jantung biasanya tidak berhenti berdetak saat serangan jantung. 

Baca Juga: Serangan Jantung, Penyebab Meninggal di Usia Muda yang Banyak Terjadi

Serangan jantung mendadak terjadi secara tiba-tiba dan seringkali tanpa peringatan. Ini biasanya dipicu oleh kerusakan listrik di jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur (aritmia).

Dengan aksi pemompaannya terganggu, jantung tidak dapat memompa darah ke otak, paru-paru dan organ-organ lainnya.

Beberapa detik kemudian, seseorang kehilangan kesadaran dan tidak memiliki denyut nadi. Kematian terjadi dalam beberapa menit jika korban tidak menerima perawatan.

Meski berbeda, keduanya merupakan kondisi yang saling terkait. Serangan jantung meningkatkan risiko serangan jantung mendadak. Sebagian besar serangan jantung tidak menyebabkan henti jantung mendadak.

Baca Juga: Risiko Angkat Beban Bagi Penderita Hipertensi, Kematian Mendadak

Tetapi ketika serangan jantung tiba-tiba terjadi, serangan jantung adalah penyebab umum. Kondisi jantung lainnya juga dapat mengganggu ritme jantung dan menyebabkan henti jantung mendadak.

Sejauh ini, serangan jantung mendadak adalah penyebab utama kematian. Bahkan, lebih dari 320.000 mengalami serangan jantung mendadak di luar rumah sakit terjadi setiap tahun di Amerika Serikat.

Baca Juga: Jangan Diabaikan, Badan Kurus Tapi Buncit Risikonya Kematian Mendadak 

Selain serangan jantung dan serangan jantung mendadak, Hypertrophic cardiomyopathy (HCM) juga merupakan penyakit lainnya yang sering kali dikaitkan dengan kematian mendadak.

Dikutip dari British Heart Foundation, Hypertrophic cardiomyopathy (HCM) adalah penyakit yang diturunkan dari otot jantung, di mana dinding otot jantung menebal.

HCM adalah kondisi genetik yang disebabkan oleh perubahan atau mutasi pada satu atau lebih gen dan diturunkan melalui keluarga. Setiap anak dari seseorang dengan HCM memiliki peluang 50% untuk mewarisi kondisi tersebut.

Baca Juga: 10 Minuman Terbaik Ini Ampuh Untuk Kurangi Risiko Serangan Jantung

Jika seseorang memiliki HCM, dinding otot jantung atau disebut miokardium menjadi menebal, sehingga membuat otot jantung kaku. Penebalan ini mempersulit jantung untuk memompa darah keluar dari jantung dan di sekitar tubuh.

Beberapa gejala HCM seperti sesak napas, nyeri dada, palpitasi, dan sakit kepala ringan.

Baca Juga: Studi: Pola Tidur Tak Teratur Dapat Membahayakan Kesehatan Jantung

Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa, orang yang menjalani perawatan, kebanyakan kondisi hidup normal.

Meski begitu, tetap ada risiko yang sangat kecil untuk mendapatkan irama jantung abnormal yang mengancam jiwa, sejumlah kecil orang dengan HCM beresiko kematian jantung mendadak.(*)

 #berantasstunting #hadapicorona