Find Us On Social Media :

Tenaga Medis di Semarang Alami Infeksi Ulang Virus Corona: 'Gejalanya Lebih Berat Dibanding Infeksi Pertama, Saturasi Oksigen Turun'

Tenaga medis di Semarang alami infeksi ulang virus corona

GridHEALTH.id -  Infeksi ulang virus corona kini tengah menjadi perhatian tersendiri di kalangan peneliti.

Pasalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sempat menyatakan, pasien yang telah sembuh dari Covid-19 kemungkinan tidak bisa kambuh lagi.

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, Pria Sehat 33 Tahun Alami Infeksi Ulang Virus Corona, Memang Bisa Seperti Itu?

"Pasien dengan infeksi MERS-CoV tidak mungkin terinfeksi kembali tidak lama setelah mereka pulih, tetapi belum diketahui apakah perlindungan kekebalan yang serupa akan diamati untuk pasien dengan Covid-19," tulis CDC.

Menurut WHO, kebanyakan orang yang terjangkit Covid-19 bisa sembuh dan virusnya hilang dari dalam tubuh mereka.

Kendati demikian, ada beberapa pasien sembuh Covid-19 kembali mengalami infeksi ulang virus corona.

Baca Juga: Jadi Negara dengan Kasus Covid-19 Terbanyak di Asia, Mantan Presiden India Dikabarkan Meninggal usai Terpapar Virus Corona

Bahkan, pasien yang mengalami infeksi ulang Covid-19 ini mengalami gejala yang lebih parah dibanding infeksi virus corona pertama.

Seorang dokter bedah pencernaan dalam akun Twitter @incitu menceritakan kejadian infeksi ulang virus corona yang terjadi pada rekan sejawatnya.

"Barusan teman sejawat di Semarang whatsapp, dia juga dirawat, reinfeksi. Gejalanya lebih berat dibanding pas infeksi pertama, saturasi O2 turun," tulisnya, pada Senin (31/8/2020) kemarin.

Diketahui, saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri.

Baca Juga: Rumah Sakit di Karawang Jabar Abaikan Protokol Covid-19, Keluarga Pasien Terpapar Covid-19, Terancam Dibekukan

Umumnya, saturasi oksigen normal berada pada kisaran 95-100 %. 

Sementara, saturasi oksigen rendah disebut juga dengan happy hypoxia, di mana kondisi membahayakan yang bisa memicu kematian mendadak jika tidak ditangani dengan benar.

Menurut dokter spesialis paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, happy hypoxia ini menjadi gejala baru Covid-19.

"Kita ketahui bahwa Covid-19 ini, organ yang paling sering terkena paru. Meskipun saat ini juga banyak manifestasinya di luar paru, tapi organ yang paling sering terkena komplikasi adalah paru," kata Agus dilansir dari Kompas.com, Selasa (12/8/2020).

Baca Juga: Kasus Covid-19 Jakarta Kembali Pecah Rekor, Anies Baswedan: 'Alhamdulillah Kasus Aktif Menurun Secara Signifikan'

Happy hypoxia syndrome, kata dia, diawali dengan peradangan paru-paru atau pneumonia yang membuat perputaran oksigen terganggu.

"Darah yang kurang oleh oksigen ini kan nantinya akan masuk ke jantung dan didistribusikan ke seluruh tubuh, akibatnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang lain ikut mengalami kekurangan oksigen, yang disebut sebagai hypoxia," kata Agus.

Terkait sindrom ini, Agus mengungkapkan kondisi tersebut sering sekali tidak disadari oleh seseorang yang mengalami happy hypoxia syndrome karena terlihat seperti orang normal.

Adapaun gejala dari hypoxia sendiri yaitu sakit kepala, napas pendek, detak jantung cepat, batuk mengi, kebingungan, kulit kebiruan. (*)

Baca Juga: Ternyata Hanya 130 Juta Orang yang Akan Mendapatkan Vaksin Covid-19 Dari Sinovac di Indonesia

#hadapicorona