GridHEALTH.id - Pandemi Covid-19 di Indonesia hingga kini belum menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus.
Bahkan, pada Rabu (23/9/2020), kasus baru Covid-19 di Indonesia kembali menduduki jumlah terbanyak yaitu 4.465 kasus.
Melihat peningkatan jumlah kasus setiap harinya, ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono menganggap bahwa Indonesia gagal menangani pandemi Covid-19.
"Kita masih terus naik," ujar Pandu dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (11/8/2020).
Baca Juga: Ma'ruf Amin Sebut Pandemi Telah Tunjukan Betapa Lemahnya Tata Kelola Kesehatan Selama Ini
Mendengar hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan merasa geram.
"Saya ingin katakan, kita ini optimis, tapi optimis yang terukur," ujar Luhut dalam program Mata Najwa pada Rabu (23/9/2020).
Luhut seakan tak setuju jika penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai tidak berjalan dengan baik.
"Bahwa mungkin di sana-sini (penanganan Covid-19) kurang, kita kan manusia, jangan gampang menyalahkan," ujar Luhut.
Baca Juga: Ditanya Siapa yang Berisiko Tertular Covid-19 Jika Pilkada Digelar, KPU; 'Kita Semua'
"Apa dia (para ahli) pernah berkarya yang hebat? kan belum juga, karena kita menghadapi masalah yang baru," tambahnya.
Luhut menjelaskan, Indonesia tidak sendiri menghadapi kebingungan dalam penanganan Covid-19.
Ia pun membandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang juga kebingungan menangani Covid-19.
"Di dunia semua menjadi bingung sendiri, bahkan Amerika Serikat negara sehebat itu juga bingung," tandasnya.
Oleh sebab itu daripada mencari kesalahan, Luhut berupaya untuk menekan angka penularan Covid-19 dengan berbagai strategi terbaru.
Seperti menyeragamkan fasilitas di Rumah Sakit, menangani para pasien yang dikarantina hingga mengatur agar masyarakaat taat protokol kesehatan.
Baca Juga: Yuri; Ada 3 Masker yang Direkomendasikan Kemenkes dan Ampuh Halau Virus Corona
"Saya ingin menggarisbawahi strategi kita, kita menangani rumah sakit, kita menangani karantina, dan kita menangi masyarakat," tutur Luhut.
Sementara itu, sebelumnya, Pandu Riono menilai penanganan pandemi di Indonesia masih sangat kurang jika dibandingkan negara-negara lain.
"Indonesia nomor tiga terbawah sebagai negara yang aman. Artinya kita masih belum berhasil mengendalikan pandemi," ungkap Pandu Riono.
Melihat angka kasus yang terus bertumbuh, Pandu enggan memprediksi kapan puncak pandemi di Indonesia.
Ia mengungkit kemungkinan pandemi di Indonesia baru benar-benar selesai pada tahun depan.
Baca Juga: Lagi, Klinik Aborsi Digerebek, Risiko Susah Hamil Membayangi Pelaku Aborsi
"Saya sering bilang, kalau saya ditanya kapan puncaknya, saya sudah tidak tahu lagi kapan puncaknya," ungkap pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) itu.
"Akan terus naik kita, mungkin sampai tahun depan pun kita akan masih mendaki," lanjut Pandu.
"Artinya apa? Artinya kita gagal menangani pandemi," tegasnya.
Baca Juga: Tak Sadar Tengah Hamil Muda, Adakah Efek Samping Jika Ibu Hamil Makan Mi Instan?
Pandu lalu membandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang sudah mulai membuka diri terhadap pemulihan.
"Kenapa kita enggak bisa berhasil seperti Thailand? Kenapa kita tidak bisa berhasil seperti Vietnam?" tanya Pandu.
"Kita enggak serius. Kenapa kita enggak serius? Karena tidak direspons sebagai suatu negara," lanjutnya.
Ia menilai penanganan pandemi harus ditangani langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pandu menyebutkan selama ini urusan pandemi diserahkan kepada badan lain.
"Negara itu adalah presiden. Jadi Pak Jokowi harus memimpin langsung," paparnya.
"Orang sudah bilang Pak Jokowi mimpin langsung. Tapi kemudian apa? Didelegasikan ke komite, didelegasikan ke Satgas," jelas Pandu.
Menurut Pandu, hal itu membuat kebijakan terkait pandemi menjadi tidak maksimal dilaksanakan.
"Bagaimana bisa menerapkan aturan? Bagaimana bisa menyerapkan anggaran? Satgas itu cuma bisa bikin surat edaran," sindirnya. (*)
#hadapicorona