Find Us On Social Media :

Fakta Kontroversial Rapid Test Bukan Rekomendasi IDI dan Hasilnya Palsu

Beredar informasi viral mengenai tes PCR dan rapid test.

GridHEALTH.id - Kemarin dan 1-2 hari sebelumnya ramai pemberitaan di sosial media juga media mainstream mengenai hasil rapid test palsu.

Ramainya hal ini menjadi bahan berita dan diskusi juga perdebatan, setelah seorang dokter anggota IDI dari Makassar menyebut dengan tegas dan telak bahwa hasil rapid test itu palsu, baik yang positif maupun negatif.

Baca Juga: Bintik Merah Corona, Ruam di Kulit Gejala Lain Infeksi Covid-19?

Dokter tersebut adalah Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar dr Wachyudi Muchsin, yang menanggapi kebijakan Pj Wali Kota Makassar Rudy Djamaluddin yang hanya memilih rapid test ketimbang tes swab.

Dr. Wachyudi menanggapi seperti itu karena, “Hasil rapid test positif maupun negatif itu semua palsu dan alat itu bukan rekomendasi IDI,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (21/9/2020), dikutip dari Kompas.com.

Nah, karena masyaraat hanya menangkap informasi mengenai rapid test palsu sepotong-spotong, dan sudah mendapat bumbu-bubu penyedapt untuk menjadi ramai, jadilah pernyataan dokter Dr. Wachyudi viral.

Baca Juga: Jadi Masalah Kehamilan Paling Umum, Gunakan 8 Cara Ini untuk Usir Kegerahan pada Ibu Hamil

Jadilah banyak yang salah persepsi, hingga menimbulkan pedebatan di anatara warga net yang suka berkomentar di sebuah postingan.

Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar palsu di sini artinya tidak akurat.

Humas IDI Makassar Wachyudi Muchsin dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/9/2020) menjelaskan.

Baca Juga: Deteksi Dini Diabetes Pada Bayi Mengapa Penting? Ini Kata Ahli

Menurutnya, hasil rapid test palsu merupakan istilah yang artinya tidak akuratnya hasil pemeriksaan untuk menentukan seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.

“Jadi istilahnya palsu itu tidak akuratnya hasil pemeriksaan rapid tes, bukan alat rapid nya yang palsu,” jelas Wachyudi yang akrab disapa dokter koboi ini.

Baca Juga: Terganggu Karena Memiliki Panu, Basmi Dengan Bahan-bahan Alami Ini

"Rapid test hanyalah sebagai pemeriksaan skrining atau pemeriksaan penyaring bukan pemeriksaan penegakan diagnosa infeksi virus Covid-19, dan gold standar diagnosa Covid-19 adalah swab atau PCR."

Tapi banyak masyarakat yang menangkap berita dan informasi di atas sebagai, alat rapid yang “palsu”.

Padahal, isi penjelasan tidak begitu tujuannya.

Baca Juga: 4 Bulan Jadi Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19, Polisi Ini Meninggal Dunia Akibat Terpapar Virus Corona, Sering Bicarakan tentang Dekontaminasi

Untuk testing Covid-19 secara tepat gold standar adalah swab atau PCR bukan rapid test.

Sebab, banyak kasus rapid test reaktif, swab negatif atau rapid test negatif,tapi hasil swabnya positif.

Nah, yang patut dipercaya adalah pemeriksaan swab atau PCR

"Yang viral itu hanya bahasa yang multi tafsirkan rapid test negatif maupun positif itu palsu. Itu hanya istilah yang artinya tidak akurat bukan alat rapid tesnya yang palsu,” jelasnya.

Baca Juga: Tak Perlu Operasi, 3 Cara Ini Ternyata Bisa Hilangkan Double Chin

Dr. Wachyudi kembali menjelaskan, rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona.

Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus.

“Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus corona sejauh ini hanyalah memakai pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR),” terangnya.

Baca Juga: Fakta, Darah Haid Dapat Mengungkapkan Adanya Kista Pada Wanita

"Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini."

Lebih jauh, dr. Wachyudimenjelaskan, bahwa rapid test itu sudah dilarang oleh WHO.

"Saya secara pribadi dan profesi dokter mengajak masyarakat untuk paham rapid tes bukan takaran ukuran seseorang kena atau bebas Covid-19, tapi swab/PCR yang menjadi tolak ukur seseorang terpapar Covid-19 atau tidak," tuturnya.

Baca Juga: PSBB Ketat Sempat Terancam Tidak Disetujui, Pengamat: 'Komunikasi Antara Pusat dan DKI Jakarta Terganggu dalam Menangani Covid-19'

IDI Medan pun sejak Juli 2020 sudah melarang penggunaan alat rapid test.

Untuk tes ada atau tidak virus Covid-19 dalam tubuh manusia semua pakai swab PCR.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona