Find Us On Social Media :

70 Persen Pasien Positif Covid-19 Walau Tidak Demam dan Batuk, Indra Penciuman dan Perasa Hilang

70 % pasien Covid-19 menunjukan gejala awal kehilangan kemampuan indra penciuman, walau tanpa demam, batuk, sesak napas.

GridHEALTH.id - Menurunnya kemampuan indra penciuman dan perasa alias pengecap adalah salah satu gejala dini seseorang terinfeksi virus corona, Covid-19.

Gejala ini muncul hampir pada setiap orang yang terinfeksi. Penelitian membuktikan, hal ini terjadi pada 30-70% pasien Covid-19.

Baca Juga: Ibu Hamil Positif Covid-19 Wajib Lakukan Persalinan Sesar, Mengapa?

Jadi sekalipun seseorang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukan adanya gejala umum sakit akibat infeksi, sepertil batuk, demam, juga sesak napas, kemungkinan besar dirinya mengalami masalah penurunan kemampuan indra penciuman dan pengecap.

Karenanya saat ini banyak yang sepakat gangguan penciuman menjadi prediksi Covid-19 awal yang dianggap valid.

Bahkan bila dibandingkan dengan batuk, flu, polip, gangguan penciuman pada orang yang terjangkit covid-19 lebih khas karena sifatnya mendadak.

Baca Juga: Penderita Diabetes Juga Harus Pintar Kelola Stres, Ini Alasannya

Pada banyak kasus, hilangnya indra penciuman pada seseorang yang terinfeksi virus corona, juga dibarengi atau disusul dengan kehilangan kemampuan pada indera pengecepan. Sehinnga semua makanan yang masuk terasa hambar.

Di beberapa studi menyebutkan, kalau indera penciuman ada gangguan, karena virus corona berada di sel-sel hidung belum sampai ke sel-sel neuron.

"Tapi bisa juga si virus ini mengenai tenggorokan, lalu ke paru tergantung orangnya, yang paling rentan di mana,”  kata dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan, dr. Sakina Umar, Sp.THT-KL.

Baca Juga: Khasiat Minyak Bulus dalam Memperbesar Payudara dan Mr P, Benarkah?

Penjelasan itu disampaikan dr. Sakina saat talkhshow kesehatan Radio Sonora dengan tema Bagaimana Virus Covid 19 Menyerang Indera Penciuman, pada Selasa (6/10/2020).

Dalam kesempatan tersebut Sakina pun menjelasan prihal mata rantai penularan Covid 19, yang bisa melalui droplet atau percikan ludah.

Menurutnya, droplet bisa mengenai bagian tubuh mana saja.

Baca Juga: Jokowi Terbitkan Perpres Vaksinasi Corona, Seluruh Jajaran Menteri hingga TNI Dikerahkan

Terutama di daerah mukosa dan paling dominan di saluran pernafasan.

Sejauh ini dari penelitin yang diadakan, virus paling banyak berkumpul hidung dan tenggorokan.

Karenanya mekanisme tes swab dianjurkan pangembilan di belakang hidung dan tenggorokan.

Baca Juga: Hati-hati Para Wanita, Ternyata Ada Dampak Obesitas Pada Siklus Haid

Sebenarnya bisa juga diambil sampel dari paru, namun tentu lebih mudah pengambilan di hidung dan tenggorokan.

Dokter Sakina menyarankan, ketika ada gangguan penciuman secara mendadak walaupun tidak demam, batuk, segera lakukan tes swab.

Ini untuk memastikan apakah terkena infeksi Covid 19 atau tidak.

Sebelum tes juga ada baiknya memposisikan diri sebagai pasien positif dengan melakukan isolasi mandiri.

Baca Juga: Cegah Penyakit Ginjal, 5 Makanan dan Minuman Ini Punya Khasiat Cuci Darah

Menurutnya, tes swab bisa dilakukan secepatnya begitu ada gangguan penciuman.

Bila hasilnya negatif bisa juga diulang 3 hari kemudian untuk memastikan.

Bila hasilnya tetap negative bisa bernapas lega.

Namun tetap dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebab gangguan penciuman tersebut.

Dari hasil penelitian, gangguan penciuman, ditemukan sekitar 30-70 persen yang terinfeksi Covid 19. 

Gangguan penciuman pada pasien positif Covid 19, biasanya dialami dalam hitungan hari, seminggu atau maksimal 30 hari.

Baca Juga: Gegara Ulah Anak Remajanya, Satu Keluarga Besar Positif Terinfeksi Covid-19

“Ketika virus menduduki epitel hidung di bagian atas, akan sembuh lebih cepat."

"Hampir 90 persen sembuh dalam hitungan hari."

Baca Juga: Puluhan Anggota DPR dan Staf Positif Covid-19, Anies Baswedan Minta Gedung DPR RI Ditutup: 'Harus Dihentikan Selama 3 Hari'

"Sangat sedikit yang gangguan penciumannya bersifat permanen."

"Bila 3 bulan tanpa treatment, berusia lanjut, serta ada gangguan neurologic lainnya, gangguan penciuman biasanya permanen,” ujarnya lagi.

Gangguan perasa yang menyertai gangguan penciuman biasanya membuat makanan menjadi hambar.

”Pada pasien covid tidak merasakan asam pahit manis."

"Kalau disebabkan virus lain manis dan pahit masih bisa merasakan."(*)

Baca Juga: Takut ke Rumah Sakit saat Pandemi Covid-19, Dokter Kandungan: Antenatal Care Lewat Telemedicine, Tapi USG Tidak Boleh Terlewatkan

#berantasstunting

#HadapiCorona

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Gangguan Penciuman Orang Positif Covid-19 Lebih Khas, Dokter Spesialis THT Beri Penjelasan"