Find Us On Social Media :

Khawatir Klaster baru, Ahli Epidemiologi UI; Pemerintah Seharusnya Tingkatkan Tes Covid-19 di Wilayah Pilkada

Epidemiolog sebut vaksinasi Covid-19 seharusya di wilayah pilkada.

GridHEALTH.id - Memasuki akhir tahun beberapa wilayah di Indonesia akan melaksanakan Pilkada langsung 2020.

Sayangnya Pilkada 2020 ini diadakan saat pandemi virus corona (Covid-19) melanda tanah air.

Tak khayal, banyak pihak yang mengkhawatirkan pelaksanaan pesta rakyat tersebut.

Terlebih kemungkinan penyebaran virus corona semakin meluas pun semakin tinggi karena Pilkada sedikit banyak tentunya akan memicu terjadinya kerumunan dan keramaian.

Padahal menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus corona antarmanusia sering terjadi dalam kontak dekat, yakni sekitar 1,8 meter.

Penyebaran dari orang ke orang ini terjadi terutama melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan dari air liur ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Tetesan ini dapat mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono pun sepakat akan risiko besar yang bisa terjadi di Pilkada 2020 ini.

Baca Juga: Ramai Gejala Long Covid, Dokter Sebutkan Efek Jangka Panjang pada Pasien Sembuh dari Covid-19

Baca Juga: Dihadiahi Rp 366 Juta, Remaja 14 Tahun Ini Temukan Terapi Penyembuhan Pasien Covid-19

Sebab, setiap tahapan pilkada, pasti akan menghimpun banyak orang sehingga terjadi kerumunan dan berpotensi menjadi wadah penularan.

"Jadi menghimpun orang, walaupun itu (menerapkan) protokol kesehatan, tetapi akan ada risiko, risiko ini yang sulit dijaga kalau sudah berkerumun," kata Pandu dalam diskusi virtual bertajuk bertajuk 'Meninjau Kesiapan Pilkada di Tengah Pandemi', Jumat (23/10/2020).

Pandu mengatakan, kerumuman tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah dalam menekan angka Covid-19 selama Pilkada 2020.

Baca Juga: Sering Pakai High Heels dan Ajari Anaknya Berjalan, Raisa Akui Makin Fokus pada Kesehatan Tulang

Ia pun menyarankan agar pemerintah meningkatkan pelaksanaan tes Covid-19 di daerah-daerah peserta pilkada.

"Kita bisa mendorong kepada pemerintah untuk meningkatkan testing di daerah pilkada. Bulan November ini kita ada waktu 30 hari untuk meningkatkan testing," ujar dia.

Baca Juga: Cek Fakta, Campuran Air Kelapa Muda Jeruk Nipis dan Garam Dalam Mengobati Covid-19

Pandu menjelaskan, jika pemerintah kesulitan melakukan tes Covid-19 melalui metode real time polymerase chain reaction (PCR), maka bisa dengan tes antigen yang relatif lebih cepat.

"Kenapa test antigen penting? Karena dalam waktu 1-2 jam sudah keluar hasilnya, sehingga kita bisa berkumpul dalam masyarakat yang relatif lebih aman, membuat tidak ada lagi paslon, petugas KPU, bawaslu yang sedang melaksanakan tugas mulia harus terinfeksi," ucap dia.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Indonesia 'Buru-buru' Beli Vaksin Covid-19 dari China Menurut Ahli Biologi Molekuler

Lebih lanjut, Pandu mengatakan, upaya menekan angka Covid-19 tidak hanya dengan meningkatkan tes, tetapi disertai dengan edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan.

"Karena eduaksi adalah tulang punggung dalam mengatasinya, masyarakat diajak di sini akan jadi momentum yang baik," pungkas dia.

Baca Juga: Covid-19 dan Kuku; Pentingnya Menjaga Agar Tetap Pendek dan Bersih

 #berantasstunting #hadapicorona