Fakta dan angka menunjukan bahwa gagal jantung merupakan masalah yang terus berkembang di Asia Tenggara, yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang pesat dengan faktor risiko gagal jantung khususnya hipertensi.
Data dari pengalaman klinis di Pusat Jantung Nasional dan beberapa pusat layanan jantung daerah di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat gagal jantung pada pasien yang dirawat di rumah sakit mencapai 6,7%.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan estimasi tingkat kematian akibat gagal jantung di rumah sakit di kawasan Asia Pasifik dan Amerika Serikat (secara berturut-turut 4,8% dan 3,0%).
Pasien jantung harus mengelola hipertensinya dengan baik agar tidak terjadi gagal jantung dan kematian.
Sesuai dengan konsensus penatalaksanaan hipertensi, Dokter akan merekomendasikan pemakaian obat pengendali darah tinggi secara kombinasi sejak awal pengobatan untuk mencapai tekanan darah sesuai target.
Beberapa jenis obat pengendali tekanan darah, yaitu golongan: Calcium Channel Blocker (CCB), Diuretik, Penyekat Beta (Beta Blocker), Penyekat Alpha (Alpha Blocker), Anti Converting Enzyme Inhibitor (ACE inhibitor), Angiotensinogen Receptor Blocker (ARB), Central Blocker, Aldosteron Antagonist dan lain-lain.”
Baca Juga: Diare Berlangsung Lebih dari 3 Minggu, Waspadai Tanda Diabetes Tipe 2
Baca Juga: Studi : Wanita yang Masih Haid Cenderung Terlindung dari Serangan Jantung
Dr. Gunawan Purdianto, Medical Affairs Divisi Pharmaceuticals Bayer Indonesia mengatakan, “Bayer mendukung InaSH dalam Gerakan Peduli Hipertensi dan meyakini bahwa kepatuhan pasien dalam pengobatan penting untuk dilakukan," katanya dalam webinar "Kelola Hipertensi, Cegah Gagal Jantung dan Kematian" yang diselenggarakan oleh Bayer (12/11/2020).