Find Us On Social Media :

Ditolak 10 RS Rujukan Covid-19, Seorang Warga Depok Alami Sesak Napas hingga Meninggal dalam Taksi Online

Akibat rumah sakir penuh, seorang pasien meninggal di dalam taksi onlina

GridHEALTH.id -  Pandemi Covid-19 di Indonesia kian mengganas bahkan terus menewaskan korban jiwa.

Akibat tingginya kasus Covid-19 di Indonesia, beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai daerah dikabarkan penuh.

Baca Juga: Ada Rumah Sakit di Jakarta Penuh 100 Persen Pasien Covid-19, Akankah Pemprov Perketat PSBB Lagi?

Bahkan ketersediaan tempat tidur pasien dan kamar ICU pun mulai menipis.

Hal ini membuat beberapa pasien Covid-19 harus ditolak untuk menjalani isolasi di rumah sakit.

Namun sayangnya, penolakan pihak rumah sakit ini berujung pada tewasnya nyawa seseorang.

Baca Juga: 6 Tips Hamil Agar Mendapatkan Anak Laki-laki, Salah Satunya Istri Harus Orgasme Duluan

Seorang warga domisili Depok dilaporkan meninggal di taksi online dalam keadaan menderita gejala seperti Covid-19.

Ia meninggal setelah ditolak banyak rumah sakit rujukan Covid-19. 

Informasi tersebut diketahui setelah adanya laporan secara langsung dari keluarga pasien.

Laporan diterima LaporCovid19 pada 3 Januari 2021. 

"Anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan Covid-19," demikian tulis LaporCovid19 melalui keterangan pers bersama Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Jumat (15/1/2021).

Baca Juga: Gawat, Tim Pencarian Korban dan Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Reaktif Covid-19

Meski mendapat laporan pada 3 Januari 2021, menurut salah satu sumber Kompas.com, insiden itu terjadi pada 20 Desember 2020.

Insiden itu menimpa seorang ayah yang kesulitan mencari rumah sakit rujukan Covid-19 saat dirinya mengalami sesak nafas dan sejumlah gejala lain yang mirip Covid-19.

"Maaf kami tidak bisa membuka identitas pelapor," ujar sumber Kompas.com itu.

Situasi ini memang mencerminkan situasi gawat yang sedang terjadi saat ini di banyak wilayah akibat lonjakan kasus Covid-19 pascalibur panjang, termasuk di Depok.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita belum dapat mengonfirmasi kabar ini. Ia mengatakan pihaknya tengah mencari identitas warga tersebut.

Baca Juga: Penambahan Kasus Harian Lebih dri 3 Ribu, Benarkah Jakarta Kembali Masuk jadi Zona Hitam?

"Tadi sudah ada nama dokter yang jadi sumbernya, tapi dia ngasih lagi ke orang lain, tapi kayaknya tertutup banget data-datanya,” jelas Novarita dikutip Tribun Jakarta, Sabtu (16/1/2021).

“Saya mau tahu motivasinya apa, kalau untuk perbaikan kan kita harus tahu datanya agar jelas, apakah tidak ada perhatian atau dia pergi ke rumah sakit inisiatif nggak sabar nunggu. Karena kan memang sekarang ini di IGD ramai banget, akhirnya dia nyari-nyari mungkin sampai 10 rumah sakit,” ucapnya.

Alarm sudah berbunyi sejak November

Alarm soal ancaman kolapsnya fasilitas kesehatan di Depok sudah berbunyi sejak akhir November, kurang lebih 2 pekan usai awal lonjakan pasien Covid-19 di Depok terjadi pada 11 November 2020.

Dua rumah sakit besar milik pemerintah, yaitu RSUD Kota Depok dan RS Universitas Indonesia (RS UI) menyampaikan bahwa okupansi ruang isolasi Covid-19 mereka mulai menyentuh 80 persen.

Dari peringatan itu, ketersediaan ICU bagi pasien bergejala berat jadi hal yang paling mengkhawatirkan karena jumlahnya memang sedikit, sehingga tak dapat menerima seluruh pasien Covid-19 yang dirujuk kepada 2 rumah sakit itu.

Baca Juga: Rumus Zero Covid-19, Usai Divaksin Bagaimana dengan PCR dan Antigen?

Pada 29 Desember 2020, ketika jumlah pasien Covid-19 sudah 3.343 orang, Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori membenarkan bahwa instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit yang ia bawahi penuh.

Akibatnya, pasien mesti mengantre.

Sepekan berselang, Novarita menyebut keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 mendekati 90 persen. Sementara 56 ICU di 21 rumah sakit nyaris penuh seluruhnya.

Menindaklanjuti krisis ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok mengundang beberapa direktur rumah sakit untuk duduk bareng.

“Kami identifikasi gedung yang mereka punya. Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan rumah sakit terkait kemampuan penambahan tempat tidur isolasi dan juga untuk ICU,” kata Dadang Wihana, juru bicara satgas, pada Kamis (7/1/2021).

“Lalu, (memetakan) rumah sakit apa yang bisa dikerjakan, dari pemerintah kota apa yang bisa diintervensi. Demikian pula kami akan mengusulkan kepada Provinsi dan Pusat terkait ventilator yang jadi kebutuhan kita. Jumlahnya disesuaikan dengan sarana yang ada di rumah sakit. Direktur rumah sakit mengkonkretkan jumlah ruangan yang digunakan untuk tempat tidur ICU,” jelasnya.

Saat ini, jumlah pasien Covid-19 di Depok sudah 4.204 orang, terbanyak selama 10 bulan pandemi melanda.

Baca Juga: Penambahan Kasus Harian Lebih dari 3 Ribu, Benarkah Jakarta Kembali Masuk jadi Zona Hitam?

Tidak hanya di Depok

Kasus di Depok hanya sampel kecil dari situasi darurat yang sedang terjadi dalam skala nasional.

Tri Maharani, relawan tim BantuWargaLaporCovid19, menekankan bahwa situasi layanan kesehatan sudah genting.

“Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta," jelas Tri dalam keterangan itu.

"Menjelang pertengahan November 2020, saat pelaksanaan Pilkada serentak dan libur Nataru, memperburuk ketidakmampuan RS menampung pasien," tambahnya.

Di lapangan, LaporCovid19 menemukan bahwa sistem rujuk antar fasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik, sistem informasi kapasitas rumah sakit tidak berfungsi.

Banyak warga yang memerlukan penanganan kedaruratan kesehatan akibat terinfeksi Covid-19 tidak mengetahui harus ke mana.

Kondisi ini diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang belum kunjung diatasi, di antaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minimnya perlindungan tenaga kesehatan dan tidak tersedianya sistem informasi kesehatan yang diperbarui secara real-time.

Baca Juga: Kembali Pecah Rekor 12.818 Kasus Baru Covid-19, Benarkah Prediksi WHO Sebut Tahun 2021 Sulit Selesaikan Pandemi?

"Jika tidak segera diatasi, semakin banyak warga meninggal hanya karena otoritas abai dalam memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan," kata Tri.

Melihat adanya kasus nyata di depan mata ini, seluruh masyarakat wajib mematuhi protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) di mana pun berada. (*)

Baca Juga: Lokasi Syuting Mission Impossible 7 Dijaga Robot Anti Virus Corona

#hadapicorona

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Warga Depok Meninggal di Taksi Online Usai Ditolak 10 RS Covid-19, Bukti Pandemi Makin Gawat