Find Us On Social Media :

Vaksinasi Jokowi Disebut Gagal dan Tak Menembus Otot, Ketua Satgas IDI Angkat Bicara

Bukti Jokowi mendapat vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech

GridHEALTH.id - Seminggu yang lalu, Indonesia resmi menjalankan vaksinasi Covid-19 secara serentak.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech, sebelum akhirnya disuntikkan juga kepada para tenaga kesehatan.

Baca Juga: Setelah 2 Jam Disuntik Vaksin Covid-19, Jokowi Mengaku Baru Rasakan Efeknya: 'Padahal Ndak Apa-apa Waktu Disuntik'

Kendati demikian, prosesi vaksinasi Covid-19 yang diberikan kepada Jokowi masih terus menuai polemik.

Melalui pesan berantai yang beredar, dikabarkan, vaksinasi yang diberikan untuk Jokowi dinilai gagal dan tidak menembus otot.

Hal ini dipengaruhi sang penyuntik Prof. dr. Abdul Muthalib yang terlihat gemetar saat menyuntikan vaksin tersebut ke lengan kiri Jokowi.

Baca Juga: Ramai Pemalsuan Surat Rapid Test Antigen Rp 1 Juta, Pihak Bandara Terapkan Sistem Baru Mulai Februari 2021

Menanggapi hal tersebut, Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban akhirnya angkat bicara.

"Duduk persoalan isu ini dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat)."

"Menurut dokter itu, vaksin yang diterima Jokowi tidak menembus otot, karena tidak 90 derajat. Sehingga, dianggapnya, vaksin tersebut tidak masuk ke dalam darah, dan hanya sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan)," tulis Zubairi dalam akun Twitter-nya, Senin (18/1/2021) malam.

Menurutnya, pesan berantai tersebut tidak benar.

Baca Juga: Smoothie Sederhana Untuk Mengurangi Nyeri Haid Dalam Hitungan Jam

"Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular. Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya. Bisa Anda lihat di penelitian berjudul "Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat", tulisnya.

"Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya itu mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90," sambungnya.

Sehingga menurutnya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar dan tidak diragukan.

Zubairi juga menegaskan bahwa ukuran tubuh kurus seperti Presiden Jokowi tidak berpengaruh terhadap ukuran jarum suntik.

Hal ini dikarenakan jumlah jaringan lemak dalam tubuh seseorang bertubuh kurus lebih sedikit.

Baca Juga: Lebih Sederhana dari Ventilator, UI Luncurkan Alat Bantu Napas HNFC untuk Pasien Covid-19

"Lebih jauh lagi. Apakah tubuh kurus dan tidak punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik?"

"Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak. Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit."

"Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin," pungkasnya. (*)

Baca Juga: Dibanderol Rp 62 Juta per Unit, GeNose Resmi Digunakan sebagai Alat Deteksi Covid-19, Biaya Pemeriksaan Lebih Murah Dibanding Swab

#hadapicorona