Namun, hilangnya kemampuan indra penciuman dapat membantu dokter mengidentifikasi orang-orang yang tidak memiliki gejala lain, tetapi mungkin terinfeksi virus COVID-19 - dan yang mungkin tanpa disadari menginfeksi orang lain.
Untuk diketahui, melansir Harvard Health Publishing - Harvard Medical School (27 Januari 2021), selain Covid-19, hilangnya penciuman juga bisa diakibatkan oleh alergi serta virus lain, termasuk rhinovirus penyebab flu biasa.
Jadi anosmia saja tidak berarti seseorang mengidap COVID-19.
Baca Juga: Selama Pandemi Stop Mencium, Berciuman Bisa Sebabkan Penularan Covid-19
Penelitian sedang dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang lebih pasti tentang seberapa umum anosmia pada orang dengan COVID-19, pada titik mana setelah infeksi terjadi kehilangan penciuman, dan bagaimana membedakan hilangnya penciuman yang disebabkan oleh COVID-19 dengan hilangnya penciuman yang disebabkan oleh alergi, virus lain, atau penyebab lainnya.
Karena penelitiannya belum tuntas, kini langkah paling bijak dimasa pandemi, jika mendapati kehilangan kemamopuan menghidu, segera untuk tes swab PCR, isolasi diri, juga konsultasi ke dokter.
Penting diketahui, dalam jurnal berjudul Can Symptoms of Anosmia and Dysgeusia be Diagnostic for Covid-19?, disebutkan anosmia ternyata tidak hanya menyebabkan hilangnya kemampuan mencium bau saja, tetapi juga menyebabkan perubahan nafsu makan.
Hal ini membuat pasien Covid-19 juga rentan mengalami anoreksia.
Hal itu diamini oleh Peneliti dari University of East Anglia, Prof Carl Philpott.
Sebab dari hasil penelitian mereka, terbukti tes bau dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien Covid-19 dengan penderita flu biasa.
Ia mendapatkan kesimpulan tersebut dari penelitian yang dilakukan terhadap 10 pasien Covid-19, 10 penderita pilek, dan 10 orang sehat.