GridHEALTH.id - Kabar meninggalnya Soni Ernata alias Ustaz Maaher At-Thuwailibi cukup menyita perhatian publik.
Bagaimana tidak, pria 28 tahun itu diketahui mengembuskan napas terakhir saat menjalani penahanan di Rumah Tahanan Mabes Polri, Jakarta, Senin (8/2/2021) malam.
"Iya betul. Beliau meninggal sekitar pukul 19.00 WIB tadi," kata kuasa hukum Ustaz Maaher, Djudju Purwantoro dilansir dari Kompas TV.
Baca Juga: Nyeri Perut Disertai Demam Bisa Jadi Tanda Penyakit Usus Buntu, Waspadai Berbagai Gejala Lainnya Ini
Sebelum dinyatakan meninggal dunia, kondisi kesehatan Ustaz Maheer memang tengah menurun.
Mengenai kondisi sakit Ustaz Maaher tersebut, kerabat dekatnya Derry Sulaiman juga pernah mengunggah video di akun Instagramnya tertanggal 30 Januari 2021 lalu.
Dalam unggahanya itu disebutkan bahwa Ustaz Maaher baru saja menjalani operasi usus besar yang bocor.
"Sahabat #DSAS mhn doa kesembuhan untuk ustadz Maaher yaah...
Beliau habis operasi usus besar yg bocor & bekas operasinya infeksi, InsyaAllah semua akan baik baik sj, Tolong doa yg baik baik yaah... tunjukkan akhlaq kita sbg muslim yg baik...
Al fatihah... aamiiin... #DSAS #NGOPI @ustadzmaaher_real @ust_buyanurman_inspiratorcinta", tulis akun Derry Sulaiman.
Sementara itu sang istri, Iqlima Ayu mengatakan suaminya tengah mengidap penyakit TB usus.
"TB (Tuberculosis) usus yang emang obatnya tidak boleh putus sembilan bulan," ujar Iqlima saat di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, (18/1/2021).
Diketahui TBC usus sendiri terjadi ketika bakteri Mycobacterium tuberkulosis menginfeksi organ perut, peritoneum (selaput dalam rongga perut), dan usus.
Meski umumnya bakteri TB menyerang saluran pernapasan, tapi mereka juga bisa menyerang organ lain seperti usus yang memicu terjadinya TB usus.
Baca Juga: Penderita TBC di Indonesia Masih Tinggi, Pantas Jokowi Minta Jangan Hanya Fokus ke Covid-19 Saja
Dilansir dari Kompas.com, saat bakteri masuk ke tubuh, mereka akan bersarang di sana dan kemudian juga dapat menyebar melalui kelenjar bening dan darah.
Penyebaran melalui darah memungkinkan terjadinya tuberkulosis di luar paru, seperti peritonitis tuberkulosa (radang selaput usus karena tuberkulosis).
Gejala umum peritonitis ini hampir sama pada penyakit tuberkulosa di paru, yaitu demam, nafsu makan berkurang, dan berat badan turun.
Selain itu, juga akan terdapat gejala khusus yang berkaitan dengan gangguan fungsi usus, seperti nyeri perut, ada benjolan di perut, hingga gangguan buang air besar.
Pada keadaan akut, dapat terjadi peritonitis tuberkulosa yang disangka appendicitis (radang usus buntu).
Pada operasi akan didapati usus buntu, tapi terdapat bercak putih pada selaput dinding perut yang menyerupai keju.
Diagnosis peritonitis tuberkulosa lebih sulit daripada tuberkulosis paru.
Di samping pemeriksaan klinis, diperlukan juga pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ultrasonografi, CT Scan abdomen, bahkan mungkin pemeriksaan laparoskopi.
Baca Juga: Tips Supaya Bayi Tidak Terinfeksi Bakteri TBC, Lakukan 4 Hal Berikut
Oleh karena itu, memang biasanya diagnosis lebih lambat.
Terapi peritonitis tuberkulosa pada prinsipnya sama dengan tuberkulosis paru.
Pada umumnya, seseorang yang mengalami peritonitis tuberkulosa, setelah kuman tuberkulosa di udara terhirup masuk ke paru, kemudian kuman tersebut akan menyebar ke luar paru.
Ada beberapa faktor yang memudahkan penularan kuman tuberculosis, yaitu lingkungan udara yang pengap, adanya sumber penularan berupa penderita tuberkulosis paru yang tidak diobati atau diobati namun tidak tuntas, dan orang sekitar yang kekebalan tubuhnya rendah.(*)
Baca Juga: Pengobatan TBC Pada Bayi Tidak Hanya dengan 1 Obat, Bisa 3 atau Lebih
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL