Find Us On Social Media :

New England Journal of Medicine Sebut Vaksin Pfizer 94 Persen efektif, BPOM Nyatakan Sinovac Hasilkan 23 Lebih Banyak Anti Bodi

Vaksin Pfizer dan Sinovac

GridHEALTH.id - Perusahaan faramsi saat ini tengah berlomba-lomba membuat vaksin untuk Covid-19.

Dua perusahaan yang banyak terdengar di Indonesia adalah Sinovac dari China, dan Pfizer dari Amerika Serikat.

Baca Juga: Ada Ancaman Penularan Virus di Pasar Tradisional Indonesia, Ahli Epidemiologi: Terutama di Pasar Basah yang Menjual Hewan'

Indonesia sendiri untuk program vaksinasi Covid-19 dari pemerintah memilih dan menggunakan vaksin Sinovac.

Hal ini dipilih tentu berdasarkan banyak pertimbangan.

Walaupun dalam makalah di New England Journal of Medicine disebutkan vaksin Pfizer terbukti 94% efektif melindungi dari Covid-19.

Pernyataan tersebut dibuktikan dalam penelitian 'raksasa' dan terbesar di dunia, melibatkan 1,2 juta orang.

Penelitian itu dilakukan sejak 20 Desember 2020 dan 1 Februari 2021 di Israel.

Baca Juga: Pemimpin Sebut Virus Corona Bisa Ditangkis dengan Berdoa, Dijawab dengan Kematian Wakilnya Karena Covid-19

Jutaan orang itu kemudian dibagi menjadi kelompok yang divaksin dan tak menerima vaksin.

Melansir CNBCIndonesia (25 Februari 2021) yang mengutip AFP, dalam penelitian tersebut pencatatan efek dilakukan pada hari 14 sampai 20 setelah dosis pertama dan hari ke-7 setelah dosis kedua.

Hasilnya, Kemanjuran melawan infeksi adalah 57% antara 14-20 hari setelah dosis pertama tetapi meningkat menjadi 94% tujuh hari setelah dosis kedua.

Selain itu mereka yang sudah mendapat dua dosis suntikan terbuktui terlindungi dari gejala parah bahkan kematian.

Baca Juga: Wajah 2 Pria Ini Membengkak, Disebut Efek Mosterisme dari Vaksin Covid-19 Moderna, Benarkah?

Meskipun temuan ini dianggap kabar baik, namun penelitian lanjutan masih harus dilakukan untuk memperbanyak bukti.

Vaksin Covid-19 Sinovac yang uji klinisnya dilakukan di Indonesia oleh Bio Farma, dan sudah mendapat ijin edar dari BPOM dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), menurut Kepala BPOM Penny Lukito, melansir Kumparan (15 Januari 2021), rata-rata antibodi yang dihasilkan bisa naik hingga 23 kali lebih banyak.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi Heran, Vaksinasi di Tanah Abang Malah Bikin Kerumunan Sampai Harus Dibubarkan

Hal ini berdasarkan hasil uji klinis fase 3 yang dilakukan peneliti UNPAD dan Bio Farma terhadap para relawan vaksin di Bandung.

Menurutnya masih diperlukan observasi sampai 6 bulan, kemudian diperlukan lagi data-data lain yang menunjukkan sampai di mana sebetulnya dosis titter antibodi tersebut. Selengkapnya simak video di atas.(*)

Baca Juga: Banyak Orang Positif Covid-19 Jalani Isolasi hingga Lebih dari 2 Minggu, Inilah Upaya yang Harus Dilakukan

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL