Find Us On Social Media :

Sensitivitasnya Tembus 94%, RT Lamp Saliva Juga Deteksi Virus Corona B117

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro.

GridHEALTH.id - Kabar baik diumumkan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro.

Dimana alat tes virus corona (Covid-19), RT Lamp Saliva yang tengah dikembangkan di tanah air menunjukan hasil positif.

Menurut Bambang alat tes Covid-19 dengan air liur itu memiliki sensitivitas hingga 94%, dan spesifitas mencapai 98%.

Baca Juga: Pulang Dari Afrika, Warga Bogor Bawa Mutasi Virus Corona B117, dr Nadia Ungkap Kondisinya Sekarang

Hasil ini tentu baik, sebab selain nyaman digunakan RT Lamp Saliva juga cukup akurat.

Kabar baik ini disampaikan Bambang dalam konferensi pers virtual, yang dilansir dari Warta Kota, Kamis (25/3/2021).

"Dan kalau kita lihat sensivitasnya 94%, dengan spesifitas 98%," ujarnya.

Bambang meminta PT Kalbe Farma selaku pihak yang mengembangkan melakukan pengamatan dan pengujian terhadap validitas alat ini.

Dirinya meminta RT Lamp Saliva dan RT PCR yang berbasis swab, dibandingkan akurasinya.

Selama ini, pemeriksaan utama untuk Covid-19 adalah menggunakan RT PCR. "Karena bagaimanapun RT PCR swab yang dianggap gold standard."

"Kalau kita bandingkan dan ternyata tingkat akurasinya sangat tinggi atau sangat mendekati RT PCR Swab."

Baca Juga: Keunggulan Tes Saliva Dikembangkan Jepang, Lebih Akurat Deteksi Pasien Covid-19 Tanpa Gejala

"Ini merupakan terobosan yang sangat berarti bagi upaya kita untuk meningkatkan testing dan tracing," ucap Bambang.

Bambang mengatakan, pemeriksaan dengan metode pengambilan lewat air liur atau saliva sudah dilaksanakan di berbagai negara.

"Saliva ini sebagai informasi untuk Bapak Ibu sekalian sudah dipakai di banyak negara, bahkan sejak tahun lalu."

"Agustus tahun lalu ya beberapa negara, misalkan Amerika Serikat, Spanyol, Thailand, kemudian Jepang dan Malaysia itu sudah menggunakan saliva," tutur Bambang.

Baca Juga: Jauh Lebih Murah, Tes Covid-19 Saliva Bakal Gantikan Swab PCR, Pasien Cukup Meludah Tanpa Perlu Colok Hidung dan Tenggorokan

Terobosan ini, menurut Bambang, dapat membantu meningkatkan kecepatan pengetesan Covid-19 di Indonesia.

Apalagi RT Lamp Saliva juga ternyata mampu menceteksi virus corona varian B117

Akterono D. Budiyati, IVD Division Research Manager Stem Cell and Cancer Institute mengungkapkan, kemampuan RT Lamp Saliva dalam mendeteksi B117, diketahui saat proses uji coba perangkat ini.

Baca Juga: Tak Sesakit Swab PCR, Tes Covid-19 Dengan Sampel Air Liur Kalbe Farma Kini Sudah Bisa Digunakan Masyarakat

"Ada varian baru yang B117 dari Inggris, dan sudah kami coba kami blast dengan primer kami."

"Primer kami bisa mendeteksi virus dengan varian tersebut."

"RT Lamp sendiri bisa mendeteksi varian tersebut," ujar Akterono dalam konferensi pers virtual yang sama.

Sebelumnya, perihal virus corona B117 yang sudah masuk ke Indonesia sempat disinggung oleh peneliti geomik molekuler dan anggota Konsorsium Covid-19 Genomics Inggris, Riza Arief Putranto, seperti dilansir dari cnbcindonesia.com (10 Maret 2021).

Baca Juga: Jauh Lebih Murah, Tes Covid-19 Saliva Bakal Gantikan Swab PCR, Pasien Cukup Meludah Tanpa Perlu Colok Hidung dan Tenggorokan

Menurutnya,: "B117 itu lebih cepat, kemungkinan besar hampir peneliti-peneliti besar di dunia memprediksi varian ini akan menggantikan varian yang dominan saat ini. Kalau dia dominan, lebih cepat, risikonya apa, akan lebih banyak orang ke rumah sakit, akan berulang lagi siklus yang kita alami di awal dulu pandemi." 

Untuk diketahui, virus corona varian baru B117, awalnya disebut sebagai VUI-202012/01 atau yang diartikan varian udner investigation.

Dditemukan pada Desember 2020. Saat itu varian masih dalam pemeriksaan.

Baca Juga: Test SWAB 30 Juta Rupiah, Gunakan Dana Bansos Covid-19 Terungkap

Tapi tak lama kemudian beberapa data dari ilmuwan dunia muncul, penularan virus corona B117 menunjukkan meningkat 50%-70%.

Ini membuat sebutannya berubah menjadi VOC atau Varian of Concern.

"Varian yang menjadi perhatian karena penularannya lebih cepat. Ada potensi membuat orang lebih banyak ke RS, menimbulkan potensi kematian, meskipun risetnya masih terus berjalan," jelas Riza.

"Data terakhir dari New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), jadi grup yang memberikan nasihat kepada pemerintah Inggris terkait dengan varian baru, secara umum menunjukkan peningkatan gejala dan peningkatan mortalitas, tapi ini potensinya sebanyak maksimal 35%," kata Riza.(*)

Baca Juga: Serupa dengan GeNose, SpiroNose di Belanda Dihentikan untuk Tes Covid-19, Hasilnya Keliru

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL