Find Us On Social Media :

Ahli Epidemiologi Tak Habis Pikir dengan Kebijakan Baru Pemerintah Ini, 'Aneh' dan Mendorong Penularan Covid-19

Pandu Riono, selaku ahli epidemiologi dan biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI).

GridHEALTH.id - Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono kembali menyoroti kerja pemerintah dalam menanggulangi pandemi virus corona (Covid-19) di tanah air.

Dimana kali ini Pandu mengaku heran dengan kebijakan 'aneh' yang baru saja dikeluarkan oleh pemerintah.

Baca Juga: Peringatan Tegas Ahli Epidemiologi Pada Turunnya Kasus Covid-19 di Indonesia yang Diumumkan Jokowi

Pasalnya kebijakan baru yang ditujukan untuk menekan laju pandemi tersebut justru tidak saling mendukung satu sama lain.

Dimana di satu sisi pemerintah berniat mencegah penularan virus corona, namun di sisi lain ada kebijakan yang justru mendorong terjadinya penularan Covid-19.

Atas hal ini, tentu ada kebijakan yang dianggap besifat standar ganda.

Lantas, kebijakan aneh seperti apa yang dimaksud ahli epidemiologi tersebut?

Baca Juga: Kejar Target Herd Immunity 2021 di Indonesia, 16 Juta Bulk Vaksin Sinovac Kembali Didatangkan

Dilansir dari Warta Kota (26 Maret 2021), kebijakan aneh yang dimaksud Pandu adalah keputusan pemerintah untuk melarang mudik yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah lain yang juga mendorong orang untuk mengunjungi tempat-tempat wisata.

Hal inilah yang disebutnya sebagai kebijakan besifat standar ganda.

Padahal, menurutnya, pemerintah harus bersikap lebih tegas apalagi saat ini dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum terkontrol.

"Mendua lagi ya. Kalau mendua terus ya sebenarnyaa tujuan mudik apa sih. Mencegah penularan?. Kalau mendorong pariwisata juga akan mendorong penularan," kata Pandu Riono, Jumat (26/3/2021).

Baca Juga: dr Tifauzia Colek Pemerintah; Punya Cara Kendalikan Pandemi Tanpa Harus Pakai Ratusan Juta Dosis Vaksin

Menurutnya pelarangan mudik dibarengi dengan mendorong orang pergi ke tempat wisata, adalah dua hal yang bertentangan.

"Jadi, sebenarnya pemerintah itu nggak tau apa yang mesti dilakukan. Kalau mau melarang mudik, benar-benar 100 % melarang," ujarnya.

Andaipun mudik tetap diberikan, dia menyarankan agar syarat perjalanan yang diberlakukan diperketat.

Misalnya mensyaratkan swab antigen sesaat sebelum keberangkatan.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi UI: yang Dilakukan Sandiaga Uno Berisiko Mengundang Mutasi Virus Corona Baru

Dia justru mendorong agar tekhnologi GeNose tidak dijadikan tekhnologi pelacak virus pada pemudik.

Sebab ia menilai jika GeNose tidak begitu akurat digunakan untuk mendeteksi Covid-19.

"Harus swab antigen menjelang berangkat. Tidak boleh pakai GeNose. Emang akurat apa GeNose? Yang sudah di approve akurat adalah tes antigen," ucapnya.

Baca Juga: Pantas Covid-19 di Indonesia Lama, Ahli Epidemilogi UI Ungkap Hal Ini Sebagai Penyebabnya

Sementara itu, diketahui kasus Covid di Indonesia memang masih terus bertambah setiap harinya.

Berdasarkan update terbaru di laman covid19.go.id, Senin (29/3/2021), disebutkan bahwa masihada tambahan 5.008 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia.

Sehingga total menjadi 1.501.093 kasus positif corona.

Dari jumlah sebanyak 1.336.818 orang diantaranya sudah dinyatakan.

Sedangkan jumlah orang yang meninggal asudah mencapai 40.581 orang dan sisanyamasih harus mendapatkan perawatan.(*)

Baca Juga: Penularan Virus Covid-19 Melalui Air, Ahli Epidemiologi Jelaskan Risikonya Saat Banjir

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL