Find Us On Social Media :

Mutasi Virus Corona E484K 'Eek', Ini Bahaya dan Dampaknya Bagi Tubuh

Virus E484K ini adalah mutasi yang terjadi pada varian berbeda yang telah ditemukan pada varian Afrika Selatan (B.1.351) dan Brasil (B.1.1.28).

GridHEALTH.id - Beberapa hari terakhir, dunia kembali dihebohkan dengan munculnya mutasi virus corona baru.

Dimana mutasi virus corona baru ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan Brasil yang kemudian diberi nama E484K atau 'Eek'.

Baca Juga: dr Nadia: Ada Satu Kasus di Jakarta, Mutasi Virus Corona E484K 'Eek' yang Hebohkan Jepang,

Istilah “Eek” pada mutasi virus corona baru ini berasal dari bahasa Inggris, yang berarti exclamation yang menunjukkan ekspresi terkejut, takut, atau peringatan.

Lantas apa bahaya dan dampaknya mutasi virus corona tersebut pada tubuh?

Dilansir Kompas.com (7/4/2021) dari laporan Channel News Asia, mutasi virus corona E484K disebut dapat mengurangi perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin saat ini.

Laporan ini juga mengatakan bahwa virus "Eek" kebal terhadap antibodi yang terbentuk alami setelah seseorang terinfeksi Covid-19.

Namun, pemerintah mengklaim bahwa vaksin yang beredar di Indonesia saat ini mampu memberi perlindungan terhadap mutasi virus tersebut.

Baca Juga: Rusia Keluarkan Vaksin Covid-19 Pertama di Dunia Untuk Hewan Agar Tak Tularkan ke Manusia

Seperti apa virus "Eek" ini? Menurut riset yang diterbitkan dalam jurnal BMJ, mutasi E484K bukanlah varian baru.

Virus ini adalah mutasi yang terjadi pada varian berbeda yang telah ditemukan pada varian Afrika Selatan (B.1.351) dan Brasil (B.1.1.28).

Mutasi terjadi pada lonjakan protein dan tampaknya berdampak pada respons kekebalan tubuh.

Laporan dari News Medical net juga mengatakan, E484K, mendorong protein untuk memiliki interaksi elektrostatis yang lebih disukai, sehingga mengubah afinitas pengikatannya.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi UI: yang Dilakukan Sandiaga Uno Berisiko Mengundang Mutasi Virus Corona Baru

Dengan kata lain, mutasi ini memperkuat ikatan antara protein virus dan reseptornya yang mengurangi respons imun pada inang.

Dari hasil penyelidikan juga ditemukan bahwa mutasi E484K dapat meningkatkan afinitas pengikatan RBD ke reseptor hACE2.

Hal ini terjadi karena gaya elektrostatis yang lebih disukai dan antarmuka pengikatan lebih ketat yang disebabkan oleh mutasi.

Baca Juga: Muncul Mutasi Virus Corona Baru yang Lebih Pintar, Ketua IDI Sampai Beri Peringatan Ini

Ikatan kuat terbentuk akibat penataan ulang struktur lokal yang sesuai di sekitar residu mutan dan pembentukan ikatan hidrogen yang lebih banyak.

Hal tersebut juga menyebabkan E484K lebih menular.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa mutasi E484K dan mengurangi ikatan antara RBD dan antibodi. Akibatnya, efektifitas antibodi menjadi berkurang.

Kondisi ini juga memungkinkan vaksin yang telah beredar saat ini tidak mampu memberikan perlindungan maksimal dari penularan virus ini.(*)

Baca Juga: A to Z Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Mulai dari Efektivitas Lawan Virus Corona Mutasi, Jangan Tutup Mata Efek Sampingnya

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL