Find Us On Social Media :

Kasus Harian Covid-19 Tertinggi Dunia, Sampai 300 Ribu Dipegang India, Dicky Budiman; Tidak Heran Indonesia Sudah Kebobolan

Seorang ahli penyakit menular mengatakan dia khawatir terhadap kemampuan Indonesia dalam upaya penelusuran kontak terkait penyebaran varian baru Covid-19 India yang sudah masuk ke Indonesia.

GridHEALTH.id - Pemerintah pusat sudah melarang warga India masuk Indonesia mulai 25 April 2021.

Hal itu merupakan antisipasi penyebaran virus corona di Indonesia. Mengingat, India saat ini sedang menghadapi lonjakan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. 

Apalagi, ada belasan dari ratusan warga India yang tiba di Jakarta ternyata terkonfirmasi positif Covid-19.

"Ya harus (ada pengetatan di bandara dan pelabuhan). Pak presiden kan sudah menyampaikan jangan lengah, tak boleh abai," ucapnya dikutip dari TribunJakarta.com, Jumat (23/4/2021).

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, sebab, kasus penyebaran Covid-19 di India saat ini terus meroket.

Bahkan, penambahan kasus harinya bisa mencapai angka 300 ribu.

Angka ini menjadi rekor kasus harian tertinggi di dunia sejak pandemi Covid-19 berlangsung.

"Semakin tinggi Covid-19, kita harus semakin meningkatkan protokol kesehatan," ujarnya di Balai Kota.

Baca Juga: RSPI Sulianti Saroso Sudah Merawat Pasien Covid-19 Dari India, Waspada dan Tingkatkan Disiplin Prokes

Tak hanya itu, seorang ahli penyakit menular mengatakan dia khawatir terhadap kemampuan Indonesia dalam upaya penelusuran kontak terkait penyebaran varian baru Covid-19 India yang sudah masuk ke Indonesia.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan hal itu menanggapi terungkapnya ada 10 orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang diketahui positif terpapar varian baru virus tersebut.

"Kita sudah lemah dari awal [dalam pelacakan kasus]," kata Dicky Budiman kepada BBC News Indonesia yang mengutip dari Kompas.com, Selasa (27/04).

Dicky mengkhawatirkan kemampuan pemerintah Indonesia untuk melacak kapan, di mana dan bagaimana awal mula 10 orang tersebut terpapar, karena menurutnya sistem pelacakannya (contact tracing) 'lemah sejak awal'.

Baca Juga: Media India Tuding Keras Amerika Serikat Timbun Vaksin Covid-19, Ada 349.691 Kasus Baru Dalam 24 Jam Terakhir di India

"Saking tidak jelasnya, dari mana (awal mula kasus) ini sudah tidak jelas. Ini yang terjadi di Indonesia," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa varian baru virus corona yang ada di India sudah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

"Virus itu sudah masuk juga di Indonesia, ada 10 orang yang sudah terkena virus," kata Budi Gunadi di Jakarta, Senin (26/04/2021).

Dia menjelaskan, dari 10 orang, enam di antaranya merupakan kasus impor atau berasal dari luar negeri.

Baca Juga: Bayar Rp 6,5 Juta ke Mafia Bandara Soekarno-Hatta, Penumpang dari India Bebas Masuk Indonesia Tanpa Harus Karantina

Adapun sisanya merupakan transmisi lokal, yaitu di Sumatera dua orang, seorang di Jawa Barat, dan seorang lagi di Kalimantan Selatan.

Tetapi Budi Gunadi tidak merinci nama varian atau hasil mutasi virus corona yang berasal dari India itu.

Lebih lanjut Dicky Budiman mengaku dia tidak terlalu heran ketika mengetahui Indonesia "kebobolan" dengan kasus varian baru covid-19 asal India muncul di Indonesia.

Ketika beberapa kasus varian baru itu ditemukan di sebuah komunitas, menurutnya, itu artinya virus 'sudah menyebar dan sudah banyak' yang terpapar.

Baca Juga: Video Warga India Bergelimpangan di Jalan Dalam Video yang Viral Itu Karena Kebocoran Gas, Bukan Covid-19

"Jadi, tidak hanya di komunitas itu saja," kata Dicky. Hal ini dia tekankan varian baru ini memiliki 'kekuatan dalam kecepatan penularan'.

Apabila virus Covid-19 biasa membutuhkan dua minggu untuk penyebarannya, maka varian baru asal India ini bisa dalam seminggu.

"Sehingga, dari satu bulan itu, bisa ribuan," jelas Dicky yang juga mengatakan, apabila Indonesia tidak mampu memperbaiki kinerjanya dalam melacak kasus akan muncul situasi 'sulit'.

"Ini adalah masa yang kritis buat Indonesia," ujarnya. Untuk itulah, dia meminta agar pemeritah terus meningkatkan upaya membatasi dan mengawasi mobilitas anggota masyarakat di pintu perbatasan, baik darat, laut, atau udara.

"Tindakan karantina, termasuk juga penguatan di dalam merespon 3T (test, tracing, dan treatment), vaksinasi terutama bagi kelompok rentan, 5M, serta surveillance genomic (pelacakan genom), harus ditingkatkan," kata Dicky.(*)

Baca Juga: Cara Sahur Sesuai Contoh Rasulullah SAW, Dapat Pahala Juga Kesehatan

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL