Find Us On Social Media :

Terapi Kelasi Besi Kurangi Angka Kesakitan Pada Penyandang Thalassemia

Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang didapat anak dari orangtuanya.

GridHEALTH.id - Thalassemia merupakan penyakit keturunan yang didapat dari salah satu atau kedua orangtua. 

Kelainan penyakit ini terletak pada tidak terbentuknya rantai hemoglobin didalam darah.

Berdasarkan atas tidak terbentuknya rantai hemoglobin, Thalassemia terbagi menjadi Thalassemia alfa dan Thalassemia beta.

Anak yang menderita penyakit Thalassemia akan mengalami kekurangan kadar hemoglobin (Hb) yang disebut anemia.

Anemia ini dapat menyebabkan tubuh terutama organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal dan yang lain akan kekurangan oksigen (hipoksia), karena hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen yang dihirup ketika kita bernapas.

"Akibatnya, tumbuh kembang anak akan terganggu, mempengaruhi produktivitas belajar, bekerja dan kualitas hidupnya.” dr. Bambang Sudarmanto, Sp.A(K), MARS, Dokter spesialis Anak Konsultan Hematologi RS. Kariadi Semarang  pada Webinar bertajuk ‘Satu Asa, Satu Tujuan Menuju Zero Kelahiran Thalassemia Mayor’ (29/05/2021) yang diadakan oleh Kalbe Farma di Jakarta.

Baca Juga: Mengenal Thalassemia Penyakit Kelainan Darah Bawaan yang Diselematkan Oleh Pasien Covid-19

Baca Juga: Dosis Obat Harian Disfungsi Ereksi Viagra Bisa Mengurangi Risiko Kanker Kolorektal Pada Pria, Studi

Bambang menjelaskan, “Di Indonesia diperkirakan frekuensi pembawa sifat alfa Thalassemia mencapai 2.6% -11%, beta thalassemia 3%-10% serta varian lain Thalassemia HbE mencapai 1.6%- 33% dari total populasi yang mencapai 256 juta penduduk.

Setiap tahun diperkirakan akan lahir 2500 bayi dengan Thalassemia major. Jumlah Thalassemia di Indonesia yang teregisitrasi baru mencapai 9123 (2016).

Hal ini disebabkan kemungkinan masih banyak yang belum di laporkan, belum semua RS mampu untuk mendiagnosis Thalassemia dengan benar (underdiagnosis) dan lain sebagainya.”

Ia menambahkan “Saat ini pengobatan Thalassemia dapat dilakukan dengan transfusi darah merah.

Pemberian transfusi darah diberikan pada anak dengan kadar Hemoglobin kurang dari 7 gr/dL pada awal diagnosis, dan harus rutin dilakukan dengan rentang waktu 2-4 minggu.”

“Setiap kantong transfusi darah,” ujarnya, “Mengandung 200 -250 mg zat besi zat yang menumpuk didalam jaringan tubuh. Pada umumnya setelah 20 kali transfusi darah, anak akan mengalami kelebihan zat besi (iron overload).

Baca Juga:  Mandi Air Hangat Bantu Turunkan Kolesterol dan Kadar Gula Darah

Baca Juga: 5 Mitos Kecantikan Produk Korea yang Perlu Diketahui Faktanya

Zat besi yang berlebih ini akan tertimbun di organ-organ penting tubuh diantaranya adalah otak, pankreas, jantung, hati, ginjal serta organ penting lainnya yang dapat mengakibatkan gagal jantung, sirosis hepatis (kerusakan sel hati), diabetes melitus, kelainan ginjal dan kematian.

Oleh karena itu kelebihan zat besi ini harus dikeluarkan dari tubuh dengan memberikan pengobatan kelasi besi.”

Kepatuhan penyandang dalam mengkonsumsi obat juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan kelasi besi ini.

Dibutuhkan edukasi yang terus menerus tentang dampak yang ditimbulkan bila tidak patuh mengkonsumsi kelasi besi.

"Disamping itu penyandang juga dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung nutrient dan vitamin (asam folat, vitamin E, vitamin C),” imbuh Bambang.

Dalam kesempatan sama Mulia Lie, Direktur PT. Kalbe Farma, mengatakan, “PT Kalbe Farma terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung kesehatan masyarakat, termasuk pada penyakit yang tergolong langka (rare disease), salah satunya Thalassemia.

Melalui Gerakan Peduli Thalassemia, Kalbe memiliki tiga visi, yaitu yang pertama  meningkatkan  kualitas  hidup  penyintas Thalassemia. 

Kalbe sebagai perusahaan farmasi dalam negeri telah mampu memproduksi produk kelasi besi di Indonesia sehingga obat kelasi besi lebih mudah diakses dan harganya terjangkau.

Kedua, meningkatkan awareness masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya donor darah.

Baca Juga: 6 Penyebab Bau Mulut, Wow, Salah Satunya Ternyata Berasal Dari Pikiran!

Baca Juga: Tiga Jenis Puasa, Dari Praktik Keagamaan Hingga Ingin Langsing

Baca Juga: Kerusakan Saraf, Salah Satu Komplikasi Diabetes Paling Dikhawatirkan

Kalbe secara aktif berkolaborasi dengan banyak stakeholder, misalnya ‘Donor darah tidak membatalkan puasa’ sesuai Fatwa MUI, Sosialisasi kriteria orang yang boleh mendonorkan darahnya pasca-Covid positif atau pasca-vaksinasi Covid-19, dan lain-lain.” (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL