Cara kedua membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19 adalah dilihat masa inkubasinya.
Sebelum mengalami demam, pasien DBD akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu selama 5-10 hari. Jadi, penularannya tidak terjadi seketika.
Adapun masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah namun belum menimbulkan gejala sampai jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah, kemudian menimbulkan penyakit atau demam.
Sementara pada Covid-19, demam terjadi di minggu pertama. Kemudian, di hari ke-5 hingga ke-7 pasien biasanya mulai menunjukkan gejala respiratori seperti sesak, batuk, dan pilek.
Menurut Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Mulya Rahma Karyanti SpA(K), pada demam dengue yang dominan adalah demam, sedangkan sakit kepala dan batuk pileknya cenderung lebih ringan daripada Covid-19.
Cara ketiga membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19 adalah kemunculan sakit kepala.
Pasien DBD biasanya juga mengalami sakit kepala yang khas, yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.
Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut dan muka mengalami merah khas. Sementara pada Covid-19 gejala tidak membuat muka merah.
Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) mengatakan, pada demam dengue yang dominan adalah demam kemudian sakit kepala dan batuk pilek yang lebih ringan daripada Covid-19.
''Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,'' ujarnya.
Baca Juga: Sering Tidur di Waktu Berikut? Awas Ancaman Penyakit Infeksi Menular