Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara bebas, kurang lebih "Orang yang divaksinasi lengkap memiliki peluang kematian akibat Covid-19 885% lebih tinggi daripada orang yang tidak divaksinasi menurut data resmi."
"Ini adalah pembatasan kejam pada kehidupan orang-orang Inggris."
Artikel tersebut merujuk pada briefing Public Health England (PHE).
Padahal itu adalah sebuah klaim palsu atau menyesatkan vaksin Covid-19 yang telah menyebar di internet.
Mengenai hal ini, Juru bicara PHE James McCreadie mengatakan bahwa data yang tersaji dalam pemberitaan "salah dilaporkan, saya berasumsi dengan sengaja," paparnya, seperti dikutip dari AFF Fact Check (5/8/2021).
"Diperkirakan sebagian besar kasus akan terjadi pada individu yang divaksinasi, hanya karena proporsi populasi yang lebih besar divaksinasi daripada yang tidak divaksinasi," kata McCreadie.
Baca Juga: Hasilnya Memuaskan, Vaksin Merah Putih Juga Diujikan ke Covid-19 Varian Delta
Hal yang sama diutarakan Devon Greyson, seorang Peneliti kesehatan masyarakat, "Klaim dalam pemberitaan itu sepenuhnya salah."
Greyson, yang juga asisten profesor di Fakultas Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat Universitas British Columbia, menjelaskan, "kesalahan fatal pada artikel tersebut dalam perhitungan, kurang penyebut yang tepat."
Pembuat artikel berusaha menghitung tingkat kematian bagi mereka yang menerima suntikan dengan membagi jumlah kematian varian Delta yang divaksinasi, dengan jumlah orang yang diimunisasi yang tertular varian Delta yang sangat menular.
Penyebut yang benar adalah, total populasi Inggris yang divaksinasi -- jumlah yang jauh lebih besar, kata Greyson.