GridHEALTH.id - Kasus Covid-19 yang sempat dialami Deddy Corbuzier rupanya sukses menjadi sorotan publik.
Bagaimana tidak, Deddy Corbuzier mengaku hampir meninggal dunia usai dinyatakan negatif Covid-19.
Bahkan, Deddy harus dilarikan ke rumah sakit akibat mengalami badai sitokin dengan kondisi paru-paru rusak parah sekitar 60%.
Namun di tengah kabar yang menimpa Deddy Corbuzier, beredar pula narasi bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan badai sitokin setelah reinfeksi.
Baca Juga: Diberikan untuk Warga DKI Mulai Hari Ini, Simak Syarat Penerima Vaksin Pfizer!
Ada narasi yang beredar luas seperti ini:
"Vaksin Covid-19 menyebabkan badai sitokin setelah terjadi infeksi ulang. Sehingga membuat virusnya semakin mematikan dan membuat sebagian orang yang mendapatkan vaksin malah meninggal. Apakah benar?," tulis Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban melalui akun Twitter-nya @ProfesorZubairi, Senin (23/8/2021).
Menanggapi hal tersebut, Zubairi menjelaskan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin mRNA atau vaksin non-mRNA Covid-19 akan menghasilkan badai sitokin.
"Hingga kini tidak ditemukan juga fenomena Antibody Dependent Enhancement (ADE) pada semua jenis vaksin Covid-19."
"Termasuk vaksin yang beredar di Indonesia. Fenomena ADE selama ini baru tampak pada dengue," jelasnya.
Lebih lanjut, ia meminta agar masyarakat Indonesia tidak takut untuk divaksin.
"Sebab itu, masyarakat tidak perlu takut dan khawatir untuk mendapatkan vaksinasi," pungkasnya.
Terlepas dari itu, dilansir dari Kompas.com, badai sitokin atau cytokine storm merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.
Penanggung jawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan, ketika virus corona memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.
Sitokin sendiri merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Pelepasan atau keluarnya sitokin ini dapat mempengaruhi perilaku sel di sekitarnya.
Sitokin yang keluar dalam jumlah sedikit tidak memiliki pengaruh pada kondisi paru pasien, atau keadaan parunya tidak bermasalah.
Terkadang berupa gejala ringan seperti flu. Namun, gejalanya juga bisa parah dan mengancam jiwa.
Adapaun gejala badai sitokin berkisar demam dan menggigil, kelelahan, pembengkakan ekstremitas, mual dan muntah, nyeri otot dan persendian, sakit kepala, ruam, batuk, sesak napas, napas cepat, kejang, menggigil, kesulitan mengkoordinasikan gerakan, kebingungan dan halusinasi, kelesuan dan daya tanggap yang buruk.
Baca Juga: Diberikan untuk Warga DKI Mulai Hari Ini, Simak Syarat Penerima Vaksin Pfizer!
Bahkan, tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi tanda badai sitokin yang parah.
Pada kondisi ini, jantung mungkin tidak bekerja sebaik biasanya. Hal tersebut mengakibatkan badai sitokin dapat mempengaruhi banyak sistem organ. (*)
Baca Juga: Bahaya Roti Putih Bagi Penyandang Diabetes, Sebaiknya Dihindari
#hadapicorona