Find Us On Social Media :

Tanpa Operasi, Pecah Pembuluh Darah Otak Bisa Ditangani Dengan Cerebral Flow Diverter

Menangani pecah pembuluh darah otak dengan Cerebral Flow Diverter.

GridHEALTH.idAneurisma otak adalah pembesaran atau penonjolan (ballooning) pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah.

Ketika pembesaran pembuluh darah ini pecah maka pasien bisa mengalami pendarahan internal, stroke, dan terkadang bisa berakibat fatal.

Aneurisma otak merupakan kondisi yang mesti diwaspadai, sebab bisa terjadi pada siapa saja.

Apalagi umumnya sebelum pecah, aneurisma tidak bergejala.

Meski tidak selalu berujung kepada kematian, namun dampak yang diterima oleh orang yang mengalaminya bisa dibilang tidak ringan.

Sebab kualitas hidup penderita nannya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga.

Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh pasien aneurisma otak.

Itu sebabnya, pada 2021 ini, Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh setiap bulan September setiap tahunnya, mengangkat tema ‘Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives’.

Hal itu diucapkan langsung oleh dr. Abrar Arham, SpBS., Head of Neurosurgeon RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono, Jakarta dalam diskusi media ‘Flow Diverter’ Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan, yang dilakukan secara virtual, Kamis (16/9/2021).

Baca Juga: Konon Sempat Diperkosa 11 Pria Sebelum Meninggal, Hasil Otopsi Pramugari Ini Akhirnya Keluar, Tim Forensik Sebut Ada Aneurisma Aorta

“Selain meningkatkan awareness masyarakat akan aneurisma otak ini, kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi dini, melakukan edukasi pencegahan, dan penanganan komprehensif aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya aneurisma otak, atau akan lebih baik bila dapat ditangani sebelum aneurisma tersebut pecah” jelasnya

Dr. Abrar mengungkapkan, saat ini RS Pusat Otak Nasional (PON) menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya.

Penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya.

"Disamping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik,” lanjutnya.

Dr. Abrar menuturkan, penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).

Baca Juga: Waspadai, Ini Dia 3 Dampak Tekanan Darah Tinggi Pada Ginjal

Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, seringkali dibutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini.

Dr. Abrar juga memaparkan teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95%).

"Metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang. Keunggulan teknologi ini adalah, prosedur relatif cepat, pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU, mengurangi lamanya rawat inap, lebih nyaman untuk pasien, dan tidak ada luka sayatan," jelasnya.

"Dengan hadirnya Aneurysm Awareness Month ini, saya berharap masyarakat lebih aware akan penyakit ini dan mau melakukan pemeriksaan brain check-up secara rutin, sehingga kasus-kasus aneurisma otak di Indonesia dapat ditangani sebelum pecah dan membantu mencegah kecacatan dan kematian akibat penyakit ini,"tambahnya.(*)

Baca Juga: Keluhkan Sering Sakit Kepala, Pria Ini Ditemukan Membusuk Di Kamar

#berantasstunting

#hadapicoron

#BijakGGL