Find Us On Social Media :

4 Obat TBC Berdasarkan Jenis Penyakitnya, Ketahui Juga efek Sampingnya

Ketahui berbagai obat TBC dan efek sampingnya.

GridHEALTH.id - TBC merupakan penyakit infeksi bakteri yang harus segera diobati.

Sebab apabila tidak diobati, bakteri TBC dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi mengancam jiwa pengidapnya.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah nyeri tulang punggung, meningitis, kerusakan sendi, gangguan hati, ginjal, atau jantung.

Pengobatan TBC sendiri disesuaikan dengan jenis infeksi, usia, tingkat keparahan, sampai kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Menurut penjelasan di laman American Lung Association (8/4/2020), ketika TBC aktif pasien akan diobati dengan kombinasi obat antibakteri untuk jangka waktu enam sampai 12 bulan.

Meski pasien mungkin mulai merasa lebih baik hanya beberapa minggu setelah mulai minum obat, tetapi pengobatan TBC membutuhkan waktu lebih lama daripada infeksi bakteri lainnya.

Pasien harus terus minum obat seperti yang ditentukan selama waktu yang ditunjukkan dokter atau pasien bisa sakit lagi dan pengobatan berisiko menjadi lebih sulit.

Untuk lebih jelasnya, berikut obat TBC yang digunakan untuk pengobatan TBC sesuai dengan jenisnya, lengkap bersama efek sampingnya.

Baca Juga: Jangan Sampai Pasien TBC Tidak Taat Minum Obat, Akibatnya Bisa Bikin Menyesal

1. Obat TBC paru

Dilansir dari NHS, untuk pengobatan TBC paru, penderita akan diberi resep obat kombinasi antibiotik selama enam bulan jika kondisi TBC paru aktif.

TBC paru aktif artinya bakteri penyebab TBC menyerang paru-paru dan penderita mengalami gejala penyakit.

Obat TBC paru di antaranya antibiotik jenis isoniazid dan rifampicin selama enam bulan dan antibiotik tambahan jenis pirazinamid dan etambutol selama dua bulan pertama dari periode pengobatan enam bulan.

Setelah dua minggu minum obat TBC paru, biasanya penderita merasakan kondisi kesehatannya membaik dan kebanyakan orang tidak lagi menularkan penyakitnya.

Namun, untuk memastikan bakteri penyebab TBC mati, penderita perlu merampungkan pengobatannya sesuai resep dan petunjuk dokter selama minimal enam bulan.

Jika penderita mandek minum obat TBC di tengah jalan sebelum waktu yang ditentukan, kuman penyebab TBC bisa kebal terhadap antibiotik.

Kondisi ini bisa berbahaya karena membuat penyakit lebih sulit diobati, serta pengobatan butuh waktu yang lebih lama dan obat yang lebih keras.

Baca Juga: Ke Toilet Saja Takut, Cerita dr Nanda Chaerully yang Bertugas Sejak Covid-19 Bernama Novel Coronavirus

2. Obat TBC di luar paru

Obat TBC di luar paru-paru seperti di kelenjar, tulang, usus, otak, sampai ginjal umumnya sama dengan obat untuk mengobati TBC paru.

Pengobatan TBC di luar paru juga memerlukan obat kombinasi antibiotik untuk TBC paru.

Bedanya, untuk pengidap TBC otak atau jantung biasanya dokter meresepkan obat tambahan berupa kortikosteroid seperti prednisolon.

Obat tambahan TBC tersebut diberikan selama beberapa minggu untuk diminum bersamaan dengan antibiotik.

Obat tambahan TBC ini berguna untuk membantu mengurangi pembengkakan di area yang terkena.

Seperti halnya TBC paru, penderita juga wajib minum obat TBC persis seperti yang diresepkan dan menyelesaikan seluruh pengobatan.

Pemberian obat TBC di luar paru biasanya antara enam sampai sembilan bulan.

Baca Juga: Air Rebusan Daun Wijaya Kusuma Baik Dikonsumsi Secara Rutin, Bisa Percepat Penyembuhan TBC

3. TBC resisten obat

TBC resisten obat artinya salah satu obat TBC tidak mempan melawan kuman biang penyakit di tubuh penderitanya.

TBC resisten lebih dari satu jenis obat bisa sangat berbahaya, karena untuk melawan kuman biang penyakit bisa butuh waktu sampai 30 bulan.

Mayo Clinic menyebutkan, pengobatan untuk TBC resisten obat memerlukan kombinasi obat antibiotik yang disebut fluoroquinolones dan obat suntik seperti amikacin atau capreomycin (Capastat).

Selain itu, untuk terapi tambahan obat TBC pada kasus resisten obat, dokter juga meresepkan Bedaquiline (Sirturo) dan Linezolid (Zyvox).

4. Obat TBC laten

TBC laten adalah kondisi saat penderita terinfeksi bakteri penyebab TBC tapi tidak memiliki gejala infeksi aktif.

Penjelasan di laman resmi American Lung Association menyebutkan, bahwa pasien TBC laten tetap perlu minum obat untuk pencegahan penyakit.

Pengobatan TBC ini bertujuan membunuh kuman penyebab TBC sampai tuntas.

Obat TBC laten yang biasa diresepkan yakni kombinasi rifampisin dan isoniazid yang diminum selama tiga bulan, atau isoniazid selama enam bulan.

Baca Juga: Bingung dan Penasaran, Ini Aneka Pertanyaan Masyarakat Prihal Vaksin Covid-19 Dosis ke 2 pada Pemerintah, Mau Tahu?

Dokter biasanya merekomendasikan terapi lain untuk penderita TBC laten di atas 65 tahun, memiliki gangguan sistem daya tahan tubuh, atau sedang menjalani kemoterapi.

Efek Samping Obat TBC

Obat TBC terkadang menimbulkan efek samping bagi sebagian penderita.

Efek samping yang jamak dikeluhkan usai mengonsumsi obat TBC antara lain:

- Sakit perut, mual, muntah, tidak nafsu makan

- Tangan atau kaki kesemutan atau mati rasa

- Kulit gatal, ruam, atau memar

- Pandangan kabur

- Kulit atau bagian putih mata kekuningan

- Urine berwarna gelap

- Badan lemah, lelah, atau demam

Pasien yang mengalami efek samping obat TBC tersebut, melansir Kompas.com (25/3/20210) dari berbagai sumber, jika sampai mengganggu aktivitas sehari-hari baiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Dokter biasanya akan meresepkan suplemen vitamin atau mengganti obat TBC yang minim efek samping untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami pasien.(*)

Baca Juga: Inilah Makanan Tinggi Protein Dianjurkan Dokter Dikonsumsi Pasien TBC

#berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL