GridHEALTH.id - Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks, membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar kendali glikemik.
Diabetes pun kondisi kesehatan yang serius dan jika tidak diobati dapat merusak mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Asal tahu saja, tingkat morbiditas dan mortalitas akibat diabetes dan potensi komplikasinya sangat besar, dan menimbulkan beban perawatan kesehatan yang signifikan baik bagi keluarga maupun masyarakat, juga tentunya pemerintah.
Sayangnya kini diabetes mencapai proporsi berpotensi epidemi di dunia.
Oleh karenanya kita harus menghindari diabetes, sekalinya kena, apalagi terdeteksinya lambat, maka seseorang yang mengalaminya akan hidup sepanjang hayat dengan diabetes dan dihantui komplikasinya.
Untuk diketahui, sebelum mengalami diabetes fatal, biasanya tubuh sudah memberikan tand-tanda khusus.
Tanda-tanda atau gejala diabetes tersebut bisa dilihat di area tubuh tertentu.
Salah satu gejala diabetes yang mudah sekali dideteksi adalah acanthosis nigricans.
Acanthosis nigricans adalah sebuah kondisi kondisi kulit yang ditandai dengan area gelap, perubahan warna seperti beludru di lipatan dan lipatan tubuh.
Kulit yang terkena bisa menebal.
Paling sering, acanthosis nigricans terdapat pada ketiak, selangkangan, dan leher.
Mereka yang mengalaminya biasanya akan merasakan gatal dan bagian kulit yang menghitam tersebut berbau tidak sedap.
Baca Juga: Nyeri dan Kram di Dada Bukan Selalu Pertanda Serangan Jantung
Perubahan kulit acanthosis nigricans (ak-an-THOE-sis NIE-grih-kuns), melansir MayoClinic.or pada artikel 'Acanthosis Nigricans', biasanya terjadi pada orang yang mengalami obesitas atau menderita diabetes.
Tidak ada pengobatan khusus yang tersedia untuk acanthosis nigricans.
Jadi jika sudah menemukan acanthosis nigricans pada lipatan kulit, di ketiak, leher, juga selangkangan, baiknya segera konsultasikan kedokter.
Baca Juga: Hilangkan Kebiasaan Merokok Cukup Pakai Jeruk Nipis, Ternyata Hoaks
Kondisi gejala diabetes seperti itu bisa terjadi pada semua usia. Tapi gejala diabetes pada bayi beda lagi.
Diabetes pada bayi adalah diabetes tipe 1, penyakit autoimun serius di mana pankreas berhenti memproduksi insulin.
Penyakit ini dapat menyerang tiba-tiba dan tidak ada hubungannya dengan diet atau gaya hidup.
Sayangnya, tanda-tanda gejala diabetes pada bayi tidak selalu mudah untuk ditentukan.
Namun, melansir Mayo Clinic, beberapa peneliti menyebutkan bahwa gejala diabetes pada bayi tidak berbeda jauh dengan gejala yang dialami anak-anak, yaitu:
Kelelahan
Baca Juga: Minuman Energi Membuat Gadis 17 Tahun Ini Mengalami Kram Jantung
Ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh bayi tidak mampu mengubah gula dalam aliran darah menjadi energi.
Sering kelaparan dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
Jika otot dan organ anak tidak menerima energi yang cukup, itu dapat memicu rasa lapar yang ekstrem.
Penurunan berat badan
Terjadinya secara tiba-tiba. Bayi sering kali menyusunya tetap banyak.
Perubahan penglihatan
Baca Juga: Sambut Pandemi Jadi Endemi, Jokowi: 'Kita Bersiap Untuk Hidup Berdampingan Dengan Covid-19'
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan penglihatan kabur atau masalah penglihatan lainnya.
Sayangnya di usia yang sangat muda, anak-anak mungkin belum bisa mengartikulasikan hal ini.
Infeksi jamur
Jenis infeksi ini bisa menjadi salah satu tanda gejala diabetes pada bayi.
Akan tetapi bisa juga muncul sebagai ruam popok yang disebabkan oleh ragi yang berlebihan.
Napas berbau buah atau urine berbau manis
Ini adalah tanda bahwa tubuh bayi sedang berusaha mengeluarkan gula yang tidak bisa masuk ke dalam selnya.
Baca Juga: Peresmian Patung Dwi Tunggal Perintis Kompas Gramedia di Jakarta
Rewel
Jika bayi sering marah, gelisah, atau murung, alias rewel, perlu dikhawatirkan, terutama jika ini bersamaan dengan gejala lain.
Terlepas dari itu, jika melihat bayi baru lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg, ada kemungkinan bakat diabetes.
"Risiko untuk menjadi diabetes di masa dewasa dari bayi lahir dengan berat lebih dari 4 kg lebih tinggi dibanding lahir dengan berat 4 kg. Bukan berarti pasti, tetapi secara statistik risikonya lebih tinggi," tegas dr Hari Nugroho SpOG. (*)
Baca Juga: Tanda Seseorang Berisiko Mengalami Pendarahan Otak, Ini Ciri-cirinya