GridHEALTH.id - Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta menutupi jalan lahir atau serviks (leher rahim). Ketika ini terjadi, maka proses persalinan normal tidak mungkin dilakukan.
Saat plasenta previa terjadi, ibu hamil biasanya akan mengalami gejala seperti pendarahan pada kemaluannya.
Baca Juga: Gejala Diabetes Gestasional yang Bisa Dideteksi, Ibu Hamil Wajib Tahu
Pada Rabu (06/10/2021), dr Novan Satya Pamungkas, Sp.OG-KFM, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fetomaternal Rumah Sakit Pondok Indah – Bintaro Jaya, menyebutkan beberapa penyebab plasenta previa.
Baca Juga: Apakah Ibu yang Pernah Alami Kehamilan Ektopik Bisa Hamil Lagi? Ini Kata Dokter
Biasanya plasenta previa berisiko terjadi pada ibu hamil berusia di atas 35 tahun dan sebelumnya pernah melahirkan, serta pernah mengalami hal serupa sebelumnya.
Riwayat pembedahan pada rahim, seperti sectio caesarea (operasi caesar), operasi ginekologi, mioma uteri di rahimnya, dan riwayat kuratese juga meningkatkan terjadinya plasenta previa.
Baca Juga: Depresi Selama Kehamilan Meningkatkan Risiko Diabetes Gestasional
“Biasanya terjadi pada bukan kehamilan pertama, artinya multiparitas, kehamilan kedua, kehamilan ketiga, dan ditambah lagi ada riwayat pembedahan pada rahim,” kata dr Novan Satya Pamungkas kepada GridHEALTH.
Selain itu, kebiasaan buruk yang dilakukan oleh ibu hamil, juga menjadi penyebab kondisi ini terjadi.
“Ada lagi risiko-risiko yang lain, seperti kebiasaan merokok, penggunaan narkotika, itu juga sangat meningkatkan angka kejadian plasenta previa,” jelasnya.
Kapan harus ke dokter?
Ibu hamil perlu segera memeriksakan diri ke dokter, jika mengalami keluhan pendarahan pervaginam pada akhir trimester kedua, awal trimester ketiga.
“Nanti kita akan lakukan USG transvaginal untuk lebih memastikan posisi plasenta berada di mana dan juga kita pastikan kondisi janinnya, terkait pendarahan yang terjadi,” ujar dokter Novan.
Baca Juga: Perut Bagian Bawah Nyeri Saat Hamil, Bisa Jadi Tanda Kehamilan Ektopik
Ibu hamil perlu melakukan pencegahan dengan tidak melakukan kebiasaan yang menyebabkan plasenta previa terjadi. Misalnya saja, jika merokok maka harus segera berhenti, begitu juga dengan penggunaan narkotika.
Hingga saat ini belum ada terapi yang bisa mengubah keadaan plasenta previa. Jika kondisi ini sudah terjadi, maka langkah yang diambil adalah mencegah kontraksi sehingga tidak menyebabkan pendarahan.