“Sebenarnya COVAX, cabang vaksin ACT-A, telah mengirimkan sekitar 400 juta dosis Covid-19 ke lebih dari 140 negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana tingkat vaksinasi tetap rendah,” kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan.
Menurutnya, sekitar 82 negara kemungkinan akan melewatkan target global WHO untuk cakupan vaksinasi 40% pada akhir tahun, tetapi beberapa di antaranya bisa jika pasokan mulai mengalir, katanya.
"Salah satu hal yang sekarang sangat mengganggu adalah kebutuhan akan booster, semakin banyak negara berpenghasilan tinggi yang menggunakan dosis booster dan ini sekarang juga menyedot dosis vaksin, sehingga mengganggu pemerataan pada negara lainnya yang lebih membutuhkan," tambah Swaminathan.
Hampir satu juta suntikan booster diberikan setiap hari. Jumlah itu tiga kali lipat jumlah vaksin yang diberikan di negara-negara berpenghasilan rendah.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sedang mempertimbangkan otorisasi penggunaan darurat molnupiravir yakni pil antivirus yang dikembangkan Merck dengan Ridgeback Biotherapeutics.
Obat ini ditunjukkan dalam uji klinis untuk mengurangi separuh risiko penyakit serius dan kematian ketika diberikan lebih awal untuk Covid-19.
Baca Juga: Tak Banyak Diketahui, Ternyata Diabetes Sampai Ada 12 Jenis
Baca Juga: 10 Keuntungan Olahraga di Pagi Hari, Anti Polusi dan Tambah Semangat
"Obat ini sekarang kami evaluasi dan kami akan segera bertemu dengan Merck untuk membahas data dari uji klinis mereka saat ini yang sedang berlangsung di negara lain," kata Maria van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19.
Ia menambahkan badan itu berharap untuk mengeluarkan panduan tentang penggunaannya dalam beberapa minggu mendatang. (*)