Find Us On Social Media :

Pengobatan Diphtheria, Penyakit Infeksi yang Menyerang Selaput Lendir Hidung, Tenggorokan, Beserta Kulit

Pengobatan Diphtheria, salah satu penyakit infeksi bakteri.

GridHEALTH.id - Diphtheria (difteri) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular.

Menurut laman nhs.uk (28/2/2021), penyakit infeksi difteri diketahui disebabkan oleh bakteri Corynebacterium.

Bakteri ini menyebar melalui batuk dan bersin, atau melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi difteri.

Seseorang juga bisa mendapatkannya dengan berbagi barang, seperti cangkir, peralatan makan, pakaian atau tempat tidur, dengan orang yang terinfeksi.

Bakteri penyebab difteri umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat mempengaruhi kulit. 

Saat seorang terkena difteri, gejala yang muncul bisa berupa sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.

Dalam kasus yang parah, infeksi bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Pada beberapa pasien juga mengalami infeksi kulit.

Penyakit infeksi difteri ini lebih rentan menyerang anak-anak ketimbang orang dewasa.

Baca Juga: Pengobatan Difteri Perlu Pemberian Antibiotik Hingga Antitoksin

Untuk pengobatan difteri, melansir laman cdc,gov (26/5/2020), meliputi:

1. Menggunakan antitoksin difteri untuk menghentikan racun yang dibuat oleh bakteri agar tidak merusak tubuh.

Perawatan ini sangat penting untuk infeksi difteri pernapasan, tetapi jarang digunakan untuk infeksi kulit difteri.

2. Menggunakan antibiotik untuk membunuh dan menyingkirkan bakteri. Ini penting untuk infeksi difteri pada sistem pernapasan dan pada kulit.

Pengobatan biasanya berlangsung 2 sampai 3 minggu. Setiap borok kulit biasanya sembuh dalam waktu 2 sampai 3 bulan, tetapi dapat meninggalkan bekas luka.

Pasien difteri biasanya tidak lagi dapat menginfeksi orang lain 48 jam setelah mereka mulai minum antibiotik.

Namun, penting untuk menyelesaikan penggunaan antibiotik sepenuhnya untuk memastikan bakteri benar-benar dikeluarkan dari tubuh.

Setelah pasien menyelesaikan pengobatan lengkap, dokter akan melakukan tes untuk memastikan bakteri tidak ada lagi di tubuh pasien.

Namun terlepas dari itu, perlu diketahui bahwa difteri ini seharusnya sudah tidak ada lagi jika imunisasi pada anak dilakukan secara tuntas.

Baca Juga: Mengenal Gejala Difteri, Penyakit Infeksi Bakteri yang Menghasilkan Racun Perusak Saluran Pernapasan

Sebab vaksin untuk penyakit infeksi tersebut sudah ditemukan, yakni vaksin DPT (difteri, pertusis dan tetanus).

Demikian yang dijelaskan dr. Windhi Kresnawati, SpA., dokter yang juga aktif di Yayasan Orang Tua Peduli, Markas Sehat kepada GridHEALTH.id (22/10/2021).

Menurutnya vaksin DPT adalah vaksin kombinasi yang diberikan salah satunya untuk penyakit difteri, selain pertusis (batuk rejan) dan tetanus.

Diketahui dengan vaksin, sistem kekebalan tubuh akan mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.

Itu artinya jika anak disuntik vaksin DPT, maka sistem kekebalan tubuh mereka akan terlatih dalam melawan kuman penyebab pertusis sehingga risiko batuk rejan tersebut bisa diminimalisir.

"Memang jika anak setelah vaksin DPT akan demam pasca imunisasi, tapi lebih takut mana difteri yang bisa menyebabakan kematian atau demam pasca imunisasi?," ujar dr. Windhi. "Jadi ayo lengkapi imunisasi DPT," tambahnya.(*)

Baca Juga: 5 Penyakit Infeksi Menular Langganan Orang Indonesia, Semuanya Berisiko Tinggi