GridHEALTH.id - Serviks atau leher rahim adalah bagian dari organ reproduksi wanita yang menghubungkan antara rahim dan vagina.
Serviks memiliki peranan yang penting bagi wanita, seperti membawa sperma ke sel telur ketika terjadi pembuahan atau memberikan perlindungan bagi rahim dari paparan bakteri dan kuman.
Baca Juga: Gejala Demam Rift Valley, Infeksi yang Ditularkan dari Gigitan Nyamuk
Ketika melakukan hubungan intim, seorang perempuan memiliki risiko terpapar virus Human papilloma (HPV) dan mengalami kanker serviks.
Kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi karena adanya pertumbuhan sel-sel abnormal di area leher rahim.
Jenis kanker ini disebabkan oleh Human papillomavirus yang menular melalui hubungan seksual, baik bersenggama atau oral.
Gejala kanker serviks umumnya jarang disadari, karena sifatnya yang samar, membuatnya sering disalah artikan dengan masalah kewanitaan yang lainnya.
Baca Juga: Waspadai Penyebaran Penyakit Infeksi Hepatitis, Jika Alami Gejala Ini Segera Periksakan ke Dokter
Beberapa gejala kanker serviks yang terjadi, seperti keputihan abnormal, pendarahan saat hubungan intim, dan rasa nyeri di area kewanitaan.
Melakukan deteksi dini kanker serviks, dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi seseorang untuk sembuh.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Onkologi, Dr dr Chamim, Sp.OG (K) Onk dari Brawijaya Healthcare Group mengatakan, bahwa dalam kanker serviks terdapat fase bernama pra-kanker.
Melalui metode papsmear atau pemeriksaan virus HPV, bisa ditemukan apakah ada sel yang berpotensi berubah menjadi sel kanker atau tidak.
“Jadi, kalau kanker serviks itu, kalau kita mulai dari orang-orang yang melakukan papsmear, itu disebutnya masa pra-kanker,” kata dokter Chamim kepada GridHEALTH, Kamis (04/11/2021).
Baca Juga: Inilah Berbagai Komplikasi yang Bisa Terjadi Akibat Kanker Serviks
Dia menjelaskan, bahwa jika ditemukan displasia ringan (high-grade), maka langkah yang bisa dilakukan salah satunya dengan konisasi.
Displasia ringan atau high-grade adalah fase pra-kanker, kondisi di mana sel yang ada di leher rahim mengalami pertumbuhan yang lambat dan risiko berubah menjadi kanker juga cukup kecil.
Sedangkan konisasi atau yang bisa disebut juga biopsi kerucut, merupakan cara untuk mendeteksi dan menghilangkan sel pra-kanker serviks. Di mana dokter akan mengambil sampel jaringan dari bagian luar serviks hingga dalam.
Dokter Chamim mengatakan, pada masa pra-kanker ini, kemungkinan untuk sembuh cukup tinggi dan biasanya penanganan dilakukan dengan cara mengatasi infeksi penyerta.
“Sekarang ini, pra-kanker atau yang kita sebut displasia ringan, itu cukup dengan mengobati infeksi yang menyertainya dan diobesrvasi. (Sekitar) 80% itu sembuh, karena tubuh masih mampu,” tuturnya.
Baca Juga: Dokter: Dukungan Keluarga Berperan Penting dalam Pengobatan Kanker Serviks