GridHEALTH.id - Berakhirnya siklus menstruasi pada seorang wanita, dikenal dengan nama fase menopause.
Menopause ditandai dengan menstruasi yang tidak terjadi selama satu tahun penuh. Ini biasanya dialami oleh wanita yang usianya sudah di atas 45 tahun hingga 56 tahun.
Namun ada juga wanita yang bisa mengalami menopause ketika usianya masih di bawah usia 40 tahun. Kondisi ini, disebut juga dengan menopause dini atau premature menopause.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Kedelai Bermanfaat Kurangi Risiko Masalah Kesehatan saat Menopause
Mengapa menopause terjadi? Seiring bertambahnya usia seorang wanita, organ-organ yang ada di dalam tubuhnya termasuk organ reproduksi, mengalami penuaan.
“(Menopause) disebabkan oleh proses aging atau penuaan. Penuaan itu menyebabkan fungsi dari ovarium atau indung telur mengalami penurunan fungsi untuk menghasilkan hormon seksual, estrogen dan progesterone,” kata dr F.X.A. Bhimantoro, Sp. OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah.
Baca Juga: Bisakah Wanita Hamil Selama Fase Pra Menopause? Ini Kata Dokter
Jumlah estrogen yang dihasilkan oleh ovarium ketika usia wanita bertambah, mengalami penurunan dan tidak sama seperti sebelumnya.
Menurunnya jumlah estrogen pada tubuh wanita, akan mempengaruhi siklus menstruasinya.
Dokter Bhimantoro mengatakan, seorang wanita mungkin merasakan kalau siklus haidnya awalnya tidak teratur hingga akhirnya berhenti total.
Dalam liputan khusus GridHEALTH, Selasa (23/11/2021), ia juga menjelaskan bahwa wanita menjelang menopause akan mengalami gejala-gejala seperti hot flashes (semburan panas), suasana hati yang mudah berubah, hingga penurunan massa otot.
Untuk mengetahui apakah seorang wanita sudah memasuki masa menopause, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan.
Baca Juga: Menopause Dini, Apakah Wanita Bisa Menstruasi Lagi di Kemudian Hari?
“Biasanya seorang dokter melakukan anamnesis. Bertanya (haid tidak teratur) sejak kapan? Lalu tipe dari haidnya, apakah banyak (lebih dari lima pembalut) atau lama periode haidnya. Nah biasanya kita langsung lanjut ke pemriksaan USG transvaginal melihat kondisi rahim dan indung telur normal atau tidak,” kata dokter Bhimantoro.
Selain itu, terdapat pemeriksaan lanjutan berupa uji laboratorium untuk mengetahui profil dari hormon reproduksi.
Dokter Bhimantoro juga mengatakan, bahwa setelah menopause pun, wanita tetap harus menjalani screening.
“Ada juga pemeriksaan yang disarankan misalnya seorang wanita sudah mengalami menopause, apakah masih harus periksa ke dokter kandungan? Jawabannya adalah harus. Setidaknya dilakukan pemeriksaan Pap Smear reguler,” ujarnya.
Baca Juga: Wanita Sering Buang Air Kecil Hingga Mengompol saat Menopause, Kenapa?
Apa kegunaan Pap Smear pada wanita yang sudah menopause?
“Pap Smear itu dilakukan untuk melihat kesehatan dari leher rahim atau serviks. Biasanya dilakukan berkala, setidaknya dua tahun sekali idealnya Pap Smear. Jadi untuk mendeteksi dini, apakah ada kanker rahim,” tutur dokter Bhimantoro.
Baca Juga: Inilah Penyebab Wanita Kepanasan di Area Wajah Saat Menopause
Dia menjelaskan, screening organ reproduksi perlu dilakukan minimal satu atau dua tahun sekali.
Karena meskipun siklus menstruasi sudah berakhir, tapi kesehatan organ reproduksi harus tetap dijaga.