GridHEALTH.id – Stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang hingga saat ini masih belum terselesaikan. Kondisi ini terjadi pada anak di 1000 hari pertama kehidupannya.
Tak hanya mempengaruhi tumbuh kembang anak, sehingga membuat tinggi badannya di bawah rata-rata, stunting juga menghambat perkembangan otak.
Stunting dapat membuat anak akan mengalami kesulitan dalam belajar. Ini bisa berdampak pada terhambatnya pembangunan bangsa dan mengakibatkan jutaan orang berada di bawah garis kemiskinan yang semestinya bisa dihindari.
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat, pravelensi stunting di Indonesia pada 2021 mengalami penurunan sebesar 1,6% dari tahun 2019 (27,7%), menjadi 24,4%.
Artinya 1 dari 4 anak Indoensia mengalami stunting. Pemerintah menargetkan penurunan kasus stunting sebesar 14 persen.
Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Dr Dhian P. Dipo, MA, mengatakan untuk mencapai target tersebut perlu Kerjasama, kerja keras, dan kerja nyata dari semua stekholder.
“Ada dua hal intervensi dalam penurunan angka stunting, yaitu intervensi spesifik dan sensitif. Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab di intervensi sepsifik,” ujar Dr Dhian dalam webinar yang diadakan Harian KOMPAS besama Danone ‘Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan’, Rabu (26/01/2022).
“(Intervensi spesifik) yaitu dengan penguatan kapasitas SDM mulai dari tenaga kesehatan, guru, hingga perangkat desa agar bisa melakukan tindak lanjut dengan tepat saat menemui kasus (stunting) di lapangan,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga memaparkan langkah yang diambil untuk mempercepat penurunan kasus stunting.
Baca Juga: Stunting Merugikan Anak juga Bangsa dan Negara, Begitu juga Obesitas
BKKBN bekerjasama dengan Kementerian Agama dan jajarannya, melakukan identifikasi pasangan yang akan menikah, sebagai cara untuk mencegah stunting.
“Salah satu langkah dini yang bisa diambil adalah bekerjasama dengan kementerian agama dan jajarannya, untuk mengidentifikasi calon pasangan yang menikah dan mengadakan pemeriksaan 3 bulan sebelum pernikahan,” kata dr H. Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN.
Terdapat empat pemeriksaan yang harus dilalui oleh calon pasangan sebelum menikah, yakni pengecekan lingkar lengan atas, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, dan hemoglobin (HB).
Selain itu, peran orangtua juga sangat penting untuk menekan risiko stunting pada anak. Langkah yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi.
Pemenuhan asupan gizi harus dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan. Selanjutnya stunting bisa dicegah dengan memberikan ASI eksklusif pada anak, memantau tumbuh kembangnya, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dokter Spesialis Anak dan Guru Besar FKUI Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif menjelaskan, stunting bisa ditangani selama 2 tahun pertama kehidupan seorang naka.
“Dua penyebab stunting yaitu malnutrisi atau asupan gizi yang kurang dan kebutuhan gizi anak yang meningkat. Kebutuhan gizi anak yang meningkat bisa disebabkan oleh sakit, infeksi, prematuritas, alergi makanan, dan kelainan metabolisme. Sehingga faktor pencegahan stunting menjadi hal yang utama,” ujarnya.
Prof Damayanti mengingatkan agar orangtua tidak lupa memberikan protein hewani dalam menu MPASI (Makanan Pendamping ASI) anak. Protein hewani tersebut bisa didapatkan dari telur, ayam, ataupun ikan.
Baca Juga: Manfaat Pemberian ASI Ekslusif, Bisa Menekan Risiko Stunting
Mendukung gerakan pemerintah untuk menekan risiko stunting, Danone melakukan kolaborsi dengan para stekholder.
“Sejalan dengan misi Danone yakni membawa kesehatan ke sebanyak mungkin orang, kami berkomitmen penuh untuk membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan stunting di Indonesia demi tercapainya generasi emas Indonesia 2045,” jelas Arif Mujahidin selaku Communications Director Danone Indonesia.
“Selaku sektor swasta, kami berperan dalam berkontribusi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang isu kesehatan dan nutrisi, membangun kesadaran publik akan pentingnya gizi seimbang, serta mendorong kreativitas dalam menajalankan pola hidup sehat maupun inovasi dalam hal kesehatan, terutama di masa pandemi ini,” sambungnya.
Edukasi nutrisi dan gizi dari Danone kepada masyarakat dilakukan melalui program Isi Piringku, Aksi Cegah Stunting, Warung Anak Sehat, Generasi Sehat Indonesia (GESID), Tanggap Gizi Kesehatan dan Stunting (Tangkas), dan yang lainnya.
“Kami berharap inisiatif ini dapat menginspirasi publik untuk bersama berkontribusi dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting,” pungkas Arif.
Baca Juga: Anak Dengan Alergi Susu Sapi Berisiko Alami Stunting, Ini yang Harus Dilakukan