Karenanya sensitivitasnya pun tetap ada. “Jadi rasa-rasa (jika tersentuh) juga tetap ada. Karena tidak ada yang dibuang, tetap ikut bersama dengan kulit dan jaringan di bawahnya, hanya bentuknya saja yang diubah,” terangnya.
Dokter pun mengatakan, karena itu jika dilakukan rangsangan terhadap organ yang telah mengalami operasi perubahan kelamin, maka masih akan tetap bisa terasa.
“Pada hakekatnya, merasakan kenikmatan di sana itu tidak hanya dari kelamin bukan? Mestinya kenikmatan itu bisa dari yang lain-lain juga. Tetapi, yang dari kelamin pun masih tetap ada (rasa jika dirangsang),” jelasnya.
Sang dokter juga menjelaskan, dari sekian pasien yang dia temui, dirinya melihat jika keinginan untuk merubah kelamin tersebut, tidak muncul secara tiba-tiba.
”Itu sudah ada sejak kecil. Jadi bukan pada waktu itu (saja) timbulnya keinginan itu, sudah dibentuk mulai kecil,” jelasnya.
Bahkan, menurutnya, sejak lahir sudah terbentuk keadaan yang mendukung untuk para pasiennya melakukan upaya perubahan kelamin pada saat dewasa.
Baca Juga: Gaya Hidup Sehat Penyintas Covid-19, 3 Hal yang Harus Diketahui
“Mulai lahir kebanyakan begini, beliau-beliau yang kita operasi itu yang biasa kita sebut penderita transeksual, itu memang sejak lahir sudah demikian,” jelasnya.
Lebih lanjut, sedari awal para penderita transeksual ini sudah mengalami banyak perubahan sebelum dilakukan operasi.
“Jadi kita tidak mengubah secara total, mereka sudah berubah dengan sendirinya, kita hanya menambahkan poin terakhir dengan memberikan aksentuasi pada alat kelaminnya,” papar Prof DR, dr. Johansyah Marzuki.(*)
Baca Juga: Disukai Orang Jepang, Ini 6 Manfaat Berendam Air Panas Bagi Kesehatan