Find Us On Social Media :

Ini Aneka Penyebab Afasia, Gangguan Otak yang Diderita Bruce Willis

Afasia seperti diderita Bruce Willis kebanyakan disebabkan oleh stroke.

GridHEALTH.id - Aphasia atau afasia, penyakit yang membuat aktor Bruce Willis mundur dari dunia perfileman adalah gangguan otak yang menyebabkan masalah dengan berbicara, membaca dan menulis.

Perhatian baru-baru ini terhadap kondisi yang kurang diketahui telah membuat banyak orang bertanya-tanya tentang kemungkinan penyebabnya.

Stroke, tumor, cedera kepala, atau kerusakan lain pada pusat bahasa di otak dapat menyebabkan afasia. Infeksi otak atau penyakit Alzheimer dapat memicunya.

Ada juga penyebab lain, yaitu seperti yang dialami senator asal AS Gabby Giffords, terluka dalam penembakan 2011, menderita afasia dari cedera itu.

Keluarga Willis mengumumkan Rabu bahwa aktor berusia 67 tahun itu telah didiagnosis menderita afasia tetapi tidak memberikan rincian tentang kemungkinan penyebabnya.

Untuk seorang aktor, afasia dapat menimbulkan tantangan besar tergantung pada seberapa parahnya, kata ilmuwan kognitif Universitas Johns Hopkins Brenda Rapp, yang bekerja dengan orang-orang dengan kondisi tersebut.

"Anda dapat membayangkan betapa frustrasinya jika Anda tidak dapat menemukan kata-kata, jika Anda tidak dapat mengatur kata-kata menjadi kalimat, jika Anda tidak dapat membuat mulut Anda menghasilkan suara yang Anda inginkan," kata Rapp.

Untuk sebagian besar, penyebabnya adalah stroke yang telah memotong darah ke bagian otak. Tanpa oksigen dan nutrisi, sel-sel otak mati, yang menyebabkan kesulitan mengambil kata-kata.

Afasia tidak mempengaruhi kecerdasan. Tetapi beberapa orang meningkat keparahannya secara dramatis dalam beberapa bulan.

Baca Juga: Mengenal 5 Gejala Afasia, Penyakit yang Bikin Bruce Willis Pensiun

Baca Juga: Diabetes Covid-19, Munculnya Kadar Gula Darah Tinggi Saat Terinfeksi Virus Corona, Pasien Sembuh Tapi Jadi Penyandang Diabetes

Orang lain mungkin perlu mencari cara lain untuk berkomunikasi. Terapi wicara dan bahasa dapat membantu.

Para peneliti juga mencari jenis terapi wicara baru dan metode non-invasif seperti prosedur yang menggunakan pulsa magnetik untuk merangsang sel-sel otak.(*)