Anggy mengatakan situasi di kota sangat sepi pada siang hari dan pihak kampus menyarankan para mahasiswa untuk tidak keluar rumah dari pukul 12:00 siang sampai 17:00 sore.
"Selain udara yang panas, anginnya juga panas banget. Saat keluar saya pakai payung, topi, penutup muka. Kering banget, keringat langsung hilang," cerita Anggy.
Mahasiswi doktoral computer engineering ini baru setahun berada di Rajashthan.
Ia mengatakan tahun lalu udara sudah mencapai 41C sampai 45C namun tidak sekering seperti sekarang.
Anggy juga mengatakan banyak bangunan di Rajashtan disiapkan untuk menangkal panas dengan bahan bangunan dari batu, bukan bata bata, sehingga dapat mengurangi panas sekitar 10 drajat Celcius.
Kepala fungsi Penerangan Sosial Budaya, KBRI Delhi, Hanafi mengatakan panasnya udara mencapai 45 drajat Celcius biasanya terjadi pada bulan Juni, namun tahun ini datang lebih cepat.
Tingginya suhu udara - yang dimulai pada Maret lalu - juga menyebabkan naiknya kebutuhan listrik dan menimbulkan kekhawatiran kekurangan batubara dan semakin seringnya mati listrik.
Baca Juga: Hidung Tersumbat, Atasi Lewat Pengobatan Rumahan Gunakan Lada Hitam
Pemerintah India memperingatkan rumah sakit-rumah sakit dan jaringan kereta akan segera terdampak.
Tingginya suhu udara diperparah dengan kurangnya curah hujan.
Maret lalu tercatat sebagai bulan terpanas di India sejak 122 tahun lalu.
Suhu udara mencapai 51 drajat Celsius di kota Phalodi, sekitar dua jam dari Jodphur, Rajashthan pada Kamis (28/4/2022), adalah rekor terpanas yang pernah tercatat di India.(*)
Baca Juga: Waspada, Wabah Corona Usai Musim Panas Datang, Penyakit Pernapasan Kembali Menjadi Momok