Find Us On Social Media :

Mencegah Kematian Ibu saat Melahirkan, Perhatikan Aspek dan Faktor Ini

Angka kematian ibu (AKI) di INdonesia sebelum dan setelah melahirkan terbilang tinggi.

GridHEALTH.idAngka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang sangat tinggi.

Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, AKI di Indonesia berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Itu artinya, ada sekitar 305 orang ibu yang meninggal dalam 100.000 kelahiran hidup.

Ada banyak hal yang menyebabkan angka kematian ibu ini sangat tinggi.

Penyebab ibu meninggal saat dan setelah melahirkan bisa karena kondisi kesehatan, kesiapan untuk hamil, serta pemeriksaan selama kehamilan.

Selain itu, pertolongan dan perawatan setelah persalinan juga turut andil menjadi penyebab meningkatnya angka kematian ibu.

Terkait dengan kondisi kesehatan, laman who.int menyebutkan ibu meninggal sebagai akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan.

Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu, diantaranya:

1. Pendarahan hebat (kebanyakan pendarahan setelah melahirkan)

Baca Juga: Sedang Jalani Kehamilan, Ria Ricis Sering Menangis, Begini 9 Cara Ibu Hamil Mengatasi Perubahan Suasana Hati

2. infeksi (biasanya setelah melahirkan)

3. Tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia)

4. Komplikasi dari persalinan

5. borsi yang tidak aman.

Sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan infeksi seperti malaria atau terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau diabetes.

Mencegah kematian ibu saat melahirkan

Mengutip laman dinkes.bulelengkab.go.id, dengan mengetahui risiko ibu hamil sebelum merencanakan kehamilan dapat mencegah risiko kematian pada ibu setelah melahirkan.

Misalnya seperti mengetahui adanya riwayat darah tinggi, riwayat bekas operasi, atau riwayat kehamilan sebelumnya yang bermasalah.

Dengan langkah tersebut maka dapat dilakukan antisipasi sejak awal untuk mencagah terjadinya efek/komplikasi selama kehamilan.

Baca Juga: Healthy Move, Latihan Aman untuk Kehamilan Trimester Ketiga

Sementara itu, bagi ibu dengan risiko tinggi bukan berarti tidak diperbolehkan hamil.

Ibu dengan risiko tinggi tetap diperbolehkan untuk hamil, hanya saja harus dalam pantauan tenaga kesehatan.

Ibu dengan risiko tinggi wajib secara rutin melakukan kontrol ke dokter spesialis kandungan.

Tujuannya yaitu untuk mengurangi risiko komplikasi pada ibu dan bayi.

Calon ibu juga harus menjaga asupan makanan bergizi, menghindari asap rokok, serta menjaga pola hidup sehat.

Menjaga pola hidup sehat pun harus sesuai arahan dokter spesialis karena sehat menurut ibu belum tentu sehat menurut tenaga medis.

Kasus yang sering terjadi, banyak calon ibu merasa sehat dan menerapkan pola hidup sehat, tetapi ketika dilakukan pemeriksaan ditemukan adanya darah tinggi atau kencing manis.

Kehamilan memang berisiko muncul sejumlah penyakit, dari yang sebelumnya tidak ada, kemudian ketika hamil bisa muncul.

Nah, untuk menekan angka kematian ibu pasca melahirkan, diperlukan peran setiap pihak.

Baca Juga: Ari Lasso Tak Lagi Makan Sarang Burung Walet, Benarkah Bikin Sel Kanker Ganas?

Baik pemerintah, tenaga kesehatan ataupun masyarakat, terutama ibu hamil itu sendiri, harus berjalan bersama-sama menekan angka kematian ibu pasca melahirkan.

Pemerintah dapat melalui programnya, tenaga kesehatan dengan sejumlah pelatihan untuk ibu hamil dan ibu hamil pun jugaharus sadar untuk memeriksakan kehamilannya.(*)

Baca Juga: Inilah Tanda-tandanya Ibu Hamil Akan Melahirkan, Cek Warna Lendir