GridHEALTH.id - Pria dan sunat tidak bisa dipisahkan lagi. Terlebih umat muslim.
Dari sisi medis, sunat pada pria banyak sekali manfaat kesehatannya.
Karenanya medis menyarankan pria sebaiknya disunat, seperti halnya yang umum dilakukan umat muslim.
Menurut dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Rumah Sunatan, dari sisi medis banyak sekali manfaat sunat bagi pria.
“Kebersihan kepala zakar lebih terjamin karena lebih mudah dibersihkan, dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi, dan mengurangi risiko terkena kanker,” jelasnya.
Selain itu, tahukah jika sunat pun bisa menghindarkan pria mengalami masalah seks.
Asal tahu saja, sakit saat melakukan penetrasi sangat bisa terjadi pada mereka yang belum disunat.
Mengenai hal tersebut ada yang dinamakan phimosis atau paraphimosis. Keduanya menyebabkan rasa sakit selama hubungan seksual.
Pada kasus phimosis, kulup pada penis terlalu ketat untuk menarik kembali di atas kepala penis sepenuhnya.
Baca Juga: 10 Cara Tidur yang Dapat Membantu Kita Menurunkan Berat Badan
Nah, saat kulup tidak dapat kembali ke posisi normal setelah ditarik dan terselip di balik penis, kondisi ini disebut sebagai paraphimosis.Tidak banyak yang bisa dilakukan dengan kondisi tersebut. Pilihan pengobatan yang paling umum untuk menyingkirkan derita ini adalah menjalani sunat.Dalam hal ini, lapisan dalam kulup dilakukan pembedahan dengan dipotong sehingga kulup dipisahkan dari glans untuk membebaskan penis.Manfaat Sunat
Di Indonesia, khususnya umat muslim, sunat biasanya dilakukan sejak kanak-kanak.
Biasanya saat libur sekolah kenaikan kelas dilakukan sunat.
Pada anak, manfaat sunat sama dengan orang dewasa:
* Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti peradangan pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis, yaitu kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik
Baca Juga: Minum Kopi Tiap Hari Bikin Panjang Umur, Perlu Berapa Banyak?
* Mengurangi risiko terkena gangguan infeksi saluran kemih.
Kondisi ini terjadi akibat bakteri terkumpul di dalam kulup yang kemudian menyebar ke sistem urine.
Sunat biasanya dipilih untuk menangani pengidap yang berisiko mengalami infeksi ini berulang kali.
Dengan sunat, frekuensi infeksi bisa dikurangi sehingga ginjal pun terlindungi dari berbagai komplikasi akibat infeksi berulang kali.
Bayi yang terlahir dengan sistem saluran kemih yang abnormal biasanya disarankan untuk menjalani sunat untuk mencegah infeksi saluran kemih dan kerusakan pada ginjal.
* WHO mendorong dilakukan sunat dalam rangka mengurangi tingkat HIV, yang dapat menurunkan risiko infeksi hingga 60%. Kapan Sunat Baiknya Dilakukan?Di JAMA Pediatrics disebutkan, peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington, Seattle, menganalisa data dari 1,4 juta anak laki-laki.
Hasilnya, anak laki-laki yang melakukan sunat sebelum mencapai usia 1 tahun memiliki kesempatan 0,5% mengalami peristiwa yang merugikan.
Baca Juga: 4 Hal ini Jika Dialami Artinya Tubuh Kekurangan Vitamin dan Mineral, Jarang yang Sadar
Risiko semakin besar pada anak laki-laki usia 1 sampai 10 tahun yakni sebesar 10 sampai 20 kali lipat.
"Studi kami memberikan bukti lebih rinci tentang tingkat dan jenis efek samping yang berhubungan dengan sunat laki-laki.
Ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah menemukan bahwa tingkat efek samping usai sunat pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa jauh lebih tinggi dibanding pada bayi," kata Dr Charbel El Bcheraou, penulis dan profesor di Global Health at the Institute for Health metrics and Evaluation, the University of Washington, seperti dilansir Medicaldaily (14/5/2014).Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), efek samping yang dimaksudkan termasuk rasa sakit, pendarahan yang berlebihan, pemotongan kulit yang berlebihan, kerusakan pada penis, sulit pipis, jaringan parut atau cacat, pembengkakan berlebihan, dan infeksi.
tapi tahu kah, kebanyakan dokter di Barat, menganjurkan sunat segera dilakukan tak berapa lama setelah bayi lahir.
Namun kata Bcheraou, masih banyak orangtua menunda.
“Orangtua memilih waktu sunat karena berbagai alasan, termasuk agama, sosial, budaya, atau manfaat kesehatan"
"Namun, melihat risiko yang meningkat hingga 10-20 kali, orangtua paling aman memilih waktu ketika berusia 1 tahun.”Temuan Bcheraou, dkk., juga menyimpulkan, usia berperan dalam meningkatnya risiko operasi.
Baca Juga: Virus Hendra Berpotensi Jadi Pandemi Berikut, Disebut Lebih Mematikan dari Covid-19
“Sebaliknya, data medis menunjukkan kelebihan sunat pada bayi, yaitu proses pembiusan lebih sederhana yaitu pembiusan lokal, prosedur lebih sederhana, penyembuhan lebih cepat dan trauma psikologis minimal,” tulis Bcheraou dlaam jurnal.Di Indonesia, berdasarkan pertimbangan agama/kebudayaan, anak laki disarankan telah melaksanakan sunat sebelum usia akil balik yaitu sekitar 8 – 12 tahun.
Maka itu biasanya sunat dilakukan saat anak laki-laki sudah mencapai usia sekolah dasar, dan seringnya dilakukan saat liburan sekolah.
“Mengapa di usia SD, pada masa ini, anak diharapkan sudah lebih dapat menoleransi rasa sakit yang timbul dibandingkan jika dilakukan saat balita.
Secara psikologis yang bersangkutan sudah siap, dengan demikian dapat mengurangi risiko akibat tindakan sunat.
Namun proses ini dapat dipercepat jika terdapat risiko atau penyakit tertentu pada usia lebih muda yang memerlukan penanganan dengan metode sunat. (*)Baca Juga: Healthy Move, 6 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Berolahraga
Sebagian artikel ini telah publish di nakita.id, dengan judul: Sunat, Kapan Sebaiknya Dilakukan?