Tapi justru karena itu pula metide KB ini bikin gereget, khususnya pria.
Dan karena karena itu pula metode KB coitus interruptus ini jarang dilakukan, karena banyak pria yang tidak sanggup melakukannya.
Bayangkan saja apa jadinya menjelang finish, tetiba harus dengan sadar ditarik keluar dan menyudahinya diluar.
Tapi tahu kah, menurut data dari aplikasi kesuburan wanita, Glow, 18 persen penggunanya memilih metode cabut penis alias senggama terputus (coitus interruptus) sebagai metode kontrasepsi utama mereka.
Hal ini membuat metode ini menjadi metode KB terpopuler ketiga setelah kondom (32 persen) dan pil KB (27 persen). Fakta data di atas tentu mengejutkan, karena selama bertahun-tahun metode yang mengharuskan pria menarik keluar penisnya sebelum ejakulasi ini dipertanyakan efektivitasnya.
Karena, metode senggama terputus menuntut kontrol diri yang ekstrim pada pihak pria.
Baca Juga: Kok Bisa, 24 Bola Magnet Kecil Ada di Dalam Penis Pria Muda Ini
Ada pula yang mengatakan bahwa metode ini kurang efektif dibanding memakai kondom, walaupun ada juga perempuan yang hamil meski sudah memakai kondom. Efektif atau tidak, faktanya data dari Glow menunjukkan bahwa metode senggama terputus makin populer.
"Statistik dari Glow menunjukkan bahwa senggama terputus masih digunakan," ulas Glow, Inc. dalam laporannya.
"Karena itu kita membutuhkan panduan yang lebih baik mengenai senggama terputus, informasi yang baik mengenai bagaimana menggunakan metode tersebut dengan cermat dan aman, dan bagaimana teknologi bisa membantu." Ada lahi bukti bahwa coitus interruptus ini diminati, data dari komunitas Glow menunjukkan, metode senggama terputus menjadi bentuk KB yang digunakan secara rutin bersama pasangan seksual yang dipercaya.
Kemudian, survei yang diikuti 94.000 responden juga menemukan bahwa hampir 39 persen responden mengandalkan metode tersebut karena "merasa lebih nyaman", dan 32 persen menganggap itu "cara paling mudah untuk mengontrol kehamilan". Meskipun metode coitus interruptus masih berisiko menimbulkan kehamilan (dan tentunya berisiko dalam mencegah penyakit menular seksual), tetapi jika diterapkan dengan semestinya ternyata tidak seburuk yang diperkirakan.
Efektivitasnya disebut tidak jauh berbeda dengan penggunaan kondom. "Penggunaan kondom yang tepat memiliki tingkat kegagalan 2 persen, sedangkan metode senggama terputus 4 persen. Sedangkan dengan cara penggunaan yang umum, tingkat kegagalan kondom 17 persen, sedangkan senggama terputus 18 persen," ungkap Rachel K. Jones, peneliti dari Guttmacher Institute study.
Baca Juga: Cukup 10 Ribu Langkah Jalan Kaki Dalam Sehari Bikin Badan Langsing
Karena itu, disimpulkan memilih alat kontrasepsi pada dasarnya tergantung pada berbagai faktor yang spesifik bagi tiap perempuan dalam setiap tahap hidupnya.
Jika metode coitus interruptus jadi pilihan, hal itu pun merupakan pilihan pribadi masing-masing pasangan yang dianggap paling sesuai kebutuhan mereka.(*)
Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Untuk Suntik KB? Inilah Jawabannya.
Artikel ini telah publish di nakita.id, dengan judul; Senggama Terputus Makin Jadi Pilihan untuk Menunda Kehamilan