Lesi kulit tersebut juga terdapat pada penis dan mulutnya dan hasil tes PCR pada lesi kulit dari pria Jerman tersebut dikatakan positif cacar monyet.
Tidak hanya menjalankan tes terkait cacar monyet, pria tersebut juga mengikuti tes penyakit infeksi menular seksual dan ditemukan dirinya menderita sifilis jangka panjang.
Serta adanya infeksi HIV lanjut, di mana kedua penyakit menular seksual ini belum pernah ia ketahui sebelumnya.
HIV, sebuah virus yang diketahui sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang menjadi perhatian penuh pada penderitanya.
Hanya bisa diketahui melalui tes, seringkali membuat seseorang tidak menyadarinya dan saat terjadi infeksi penyakit lainnya, barulah muncul gejala-gejala lebih serius.
HIV yang tidak diketahui dan tidak terkontrol ini yang menyebabkan tubuh akan semakin menghancurkan sel-sel yang seharusnya berfungsi melawan penyakit dan infeksi.
Terkait dengan cacar monyet, meskipun cacar monyet ini bersifat ringan, namun bagi penderita HIV/AIDS yang tidak diobati, maka hasilnya sistem kekebalan tubuh penderita HIV akan sulit melawan infeksi dan penyakit lainnya.
Bagi orang yang tidak memiliki masalah imunitas, mungkin akan mudah dalam melawan sebuah infeksi, berbeda dengan penderita HIV/AIDS yang bisa menyebabkan sakit parah.
HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan, namun bisa secara efektif mengontrol jumlah virusnya.
Bagi penderita HIV/AIDS yang telah menjalankan pengobatan, saat terpapar cacar monyet akan lebih bisa meminimalisir risiko kasus parah, seperti pada pria Jerman yang mengalami nekrosis.
Menurut dokter, berdasarkan kasus pria Jerman ini, dinyatakan bahwa untuk lesi cacar monyet akan mengering dan hidungnya yang membusuk sebagian akan membaik dengan sedikit bengkak, namun untuk jaringan yang telah mati hanya bisa dilakukan pembuangan.
Baca Juga: Sedang Menunggu Hasil, Jumlah Pasien Cacar Monyet di Indonesia Kemungkinan Bertambah