Dosen Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia Makassar, Dr. Setyawati Yani, mengatakan bahwa plastik sekali pakai memang tidak memiliki dampak BPA, karena dibuat dengan senyawa yang berbeda.
Namun, tetap seja semua bahan plastik mempunyai dampaknya tersendiri bagi kesehatan orang yang menggunakannya.
“Sehingga memang, kehati-hatian terutama, dan penggunaannya. Yang paling penting itu kesadaran untuk menggunakan plastik sesuai peruntukannya,” ujar Setyawati kepada GridHEALTH.id, Sabtu (27/8/2022).
“Jadi, kalau misalnya kita menggunakannya (plastik PET), untuk air kemasan, ada tulisannya ‘jangan dipakai ulang’. Ya sudah, itu jangan dipakai ulang,” sambungnya.
Senada dengan Setyawati, Ahli Kesehatan Susilawaty, SKM, M.Kes, juga mengatakan plastik sekali pakai tidak boleh digunakan berulang meskipun sudah dicuci terlebih dulu.
“Kalau kita memakai untuk kedua kali, bahayanya (saat dicuci pakai sikat botol) bisa tergores, kita tidak tahu zat-zat apa yang terkandung di dalam plastik, sehingga bisa mengkontaminasi (dan) menyebabkan toksik,” jelasnya kepada GridHEALTH.id, Kamis (25/8/2022).
Melansir lama Defend Our Health, berdasarkan observasi yang dilakukan selama beberapa bulan, terdapat aditif kimia yang dikenal sebagai antimon untuk mempercepat reaksi akhir pembuatan plastik PET atau sekali pakai.
Senyawa tersebut, dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan organ vital seperti hati dan jantung.
Oleh karena itu, masyarakat tidak hanya harus berhati-hati dalam konsumsi produk pangan dengan kemasan plastik polikarbonat yang mengandung BPA saja, tapi juga yang sekali pakai (PET).
Setyawati berharap ke depannya akan semakin banyak plastik kemasan yang menggunakan bahan-bahan berbasis alam, agar lebih aman bagi kesehatan.
“Secara teknologi kita sebenarnya bisa mengatasinya, dengan menggerakkan industri, agar nantinya menghasilkan bahan-bahan plastik kemasan menggunakan bahan yang berbasis tanaman,” pungkasnya.(*)
Baca Juga: Pelebelan BPA, Faktanya Potensi Membahayakan Kesehatan Kecil