Mimisan Bisa Merupakan Gejala Kanker Nasofaring yang Membahayakan

Jangan anggap remeh mimisan. Jika berluang bisa sebuah gejala kanker nasofaring.

Jangan anggap remeh mimisan. Jika berluang bisa sebuah gejala kanker nasofaring.

GridHEALTH.id - Mimisan adalah sebuah masalah kesehatan yang tidak asing lagi.

Semua orang pun bisa mengalaminya kapan saja dan diamana saja, tak terkecuali anak, dewasa, dan lansia.

Walau umumnya mimisan tidak berbahaya, tapi diluhat dari kaca mata medis, mimisan tidak boleh disepelekan. Apalagi bnaru pertama kali mengalaminya, dan sebelum-sebelumnya tidak pernah sama sekali.

Kenapa mimisan harus disikapi serius? Tidak lain karena, menurut artikel dr. Siswantoro, SpTHT-KL dari RS Husada Utama, karena ditakutkan sebuah gejala kanker nasofaring (KNF).

Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring yang berada di rongga hidungbagian belakang, di belakang atas langit-langit rongga mulut, di bawah dasar tengkorak.

Baca Juga: Healthy Move, 5 Manfaat Diluar Dugaan Jika Kita Rutin Lakukan Kickboxing

Penyebab dan gejala Kanker Nasofaring

Penyebab kanker nasofaring belum dapat diketahui pasti, tetapi yang jelas adalah kombinasi banyak faktor, seperti virus Epsitein barr, genetic, faktor diet, lingkungan, rokok dan sebagainya.

Virus epsitein barr juga terdapat pada penyakit lain yang bukan kanker.

Gejala kanker nasofaring, seperti dilansir dari husadautamahospital.com dapat dibagi menjadi gejala dini dan lanjut, tergantung dari perkembangan tumornya. Gejala dini meliputi ;

* Telinga terasa penuh, bunyi grebeg-grebeg, mendengung serta pendengaran berkurang. Biasanya hal itu terjadi pada satu sisi yang diakibatkan adanya sumbatan dari tuba eustachius.

Baca Juga: Mengusir Kutil di Wajah dengan Cara Alami, Termasuk dengan Lakban, Cek di Sini!

* Hidung kerap dirasakan adalah pendarahan (mimisan0 yang berulang, ingus bercampur darah, hidung tersumbat dan pilek.

Gejala ini biasanya terjadi pada satu sisi. Hal ini terjadi karena tumor yang terus tumbuh, permukaan biasanya rapuh sehingga pada iritasi yang ringan pun dapat menyebabkan perdarahan.

Gejala hidung secara umum dapat menyerupai pilek kronik biasa, kadang-kadang disertai gangguan penciuman dengan ingus yang kental.

Pada gejala lanjut, biasanya yang terkena dalah bagian leher, mata, serta kepala atau saraf.

Kelenjar getah bening leher membesar paling sering di daerah leher samping sedikit di depan atas. Kemudian pada mata adalah juling, penglihatan dobel, dan kelopak mata tertutup pada sisi yang terkena.

Baca Juga: Cegah Kutil Kelamin Wanita, Ini 7 Tips Merawat Vagina yang Benar

Pada kepala atau saraf yang sering dirasakan adalah nyeri dan sakit kepala yang hebat. Ini akibat perluasan ke intra kranial. Sel tumor masuk kerangka tengkorak melalui foramen laserum dan menyebabkan lesi pada grup saraf otak bagian depan, yaitu saraf VII, IV, V dan VI dengan menginfestasi klinis berupa penglihatan dobel, nyeri daerah trigeminal, kesemutan didaerah wajah, bola mata tampak ptosis serta gangguan gerakan bola mata dan mata juling.

Perluasan tumor ke arah posterolateral menuju ruang parafaring dan fosa pterigopalatina, lalu masuk ke foramen jugulare akan menngenai grup bagian belakang saraf otak ke IX, X, XI, dan XII dimana akan terjadi gejala kesulitan menelan, gangguan pengecapan pada sepertiga belakang lidah, gangguan perasa pada palatum molle, faring dan laring disertai gangguan respirasi dan salivasi serta penurunan atau hilangnya refleks muntah.

Kondisi itu dapat terjadi kelumpuhan atau atropi otot-otot trapezius, sternocleidomastoideus, hemiparesis palatum molle dan hemiparesis atau atropi sebelah dari lidah.

Perluasan tumor ke arah depan menuju rongga hidung, sinus paranasalis, fosa pterigopalatina dan dapata mencapai rongga mata.

Tumor yang besar dapat mendesak palatum molle serta mengakibatkan sumbatan saluran nafas dan jalan makanan.

Diagnosa Kanker Nasofaring

Baca Juga: Kali Ini Jangan Gunakan Bawang Putih Sebagai Obat Alami, Khususnya Pada Kutil Kelamin, Ini Alasannya

Untuk menegakkan diagnosis KNF dilakukan dengan anamnesis yang cermat, pemeriksaan klinis dan histopatologis.

Diagnosis pasti dengan pemeriksaan histopatologi dari biopsi nasofaring.

Biopsi nasofaring dengan bantuan endoskopi/nasofaringoskopi sangat memudahkan sehingga biopsi dapat dilakukan di tempat yang tepat.

Berbeda dengan blind biopsy yang umumnya dilakukan multiple pada nasofaring kanan dan kiri, biopsi dengan bantuan nasofaringoskopi biasanya hanya dilakukan sekali pada satu daerah yang dicurigai saja.

Bila pada blin biopsy terjadi perdarahan yang cukup banyak sehingga memerlukan tampon hidung untuk menghentikannya.

Baca Juga: Vaksin Cacar Monyet dari Denmark Tiba di Indonesia Akhir Oktober 2022, Tiga Kelompok Prioritas Menurut Satgas IDI

Pada KNF yang endofitik, lebih baik dilakukan FNAB ( biopsi aspirasi jarum halus) nasofaring dengan bantuan nasofaringoskopi sesudah dilakukan CT Scan atau MRI nasofaring.

Tujuannya untuk mengetahui dengan tepat daerah nasofaring yang terkena.

Sedangkan pengobatan untuk KNF tergantung pada stadiumnya.

Radioterapi merupakan pengobatan terpilih untuk KNF. Pada stadium I hanya diberikan radiasi. Sedangkan stadium yang lebih tinggi diberikan kombinasi radioterapi dan kemoterapi.

Dengan kemajuan dibidang skull based surgery, bisa dicoba dilakukan operasi pada tumor primer KNF.(*)Baca Juga: Pilihan Obat Koletsrol Tinggi Resep Dokter, Ketahui Juga Efek Sampingnya!