Find Us On Social Media :

Long Covid-19 Jadi Krisis Lanjutan Dalam Pemulihan Pandemi Setelah Kedaruratan Covid-19 Dicabut

Long Covid-19 menjadi krisis lanjutan setelah status kesehatan masyarakat akibat pandemi Covid-19 dicabut, begini kondisinya di Indonesia.

GridHEALTH.id - Pandemi Covid-19 sudah bertahun-tahun ditetapkan sebagai kedaruratan kesehatan global. 

Indonesia sendiri menjadikan pandemi Covid-19 sebagai status kedaruratan masyarakat dan status kedaruratan bencana non-alam. 

Kini, WHO sendiri sudah menyebutkan ada tanda-tanda akhir pandemi Covid-19 di depan mata. 
 
Selesai dalam bentuk status kedaruratan kesehatan dicabut, namun semua bergantung pada kondisi dan kesiapan seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. 
 
Meski nantinya status kedaruratan masyarakat dan status kedaruratan bencana non-alam akan dicabut, dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D selaku epidemiolog menyebutkan masih adanya krisis lain yang harus dipulihkan setelah Covid-19, salah satunya Long Covid-19
 
Mari mengenali seperti apa Long Covid-19 dan kasusnya di Indonesia menurut Jubir Kemenkes, dr. Syahril dan Epidemiolog, dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D menjawab pertanyaan dari tim GridHEALTH.id dalam media komunikasi dengan tema "Meet the Expert: Kapan Pandemi Berakhir?".
 
Long Covid-19 Adalah.... 
 
Seseorang dikatakan memiliki Long Covid-19 jika sudah melewati fase positif Covid-19 kemudian mendapatkan gangguan lain yang tidak langsung hilang setelahnya dan bersifat sindromik. 
 
Hasil dari penelitian yang ada saat ini dan disampaikan oleh dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D selaku epidemiolog disebutkan, ada beberapa gangguan dari Long Covid-19 ini, diantaranya yaitu:
 
- Gangguan saraf pusat
 
- Gangguan penyakit jantung
 
Baca Juga: Sudah Layak Pandemi Covid-19 di Indonesia Berakhir? Kadar Anibodi Masyarakat Indonesia Ternyata ...
- Gangguan mental
 
- Kehilangan waras, terkait dampak ekonomi dan sosial dari pandemi Covid-19 
 
Pandu juga mengingatkan tidak semua penyakit lain yang tiba-tiba muncul dengan kasus tinggi adalah Long Covid-19, "Kemarin ada penyakit ginjal akut pada anak, dilaporkan di beberapa tempat, tadinya diduga kemungkinan Long Covid-19, tapi ternyata tidak, ternyata itu karena penyakit lain."
 
"Dulu juga ada kemungkinan hepatitis, juga dianggap akibat daripada Covid, ternyata juga tidak terbukti, sekarang ternyata (kasusnya) menurun gitu ya," lanjutnya.
 
Selesai Pandemi, Langkah Selanjutnya Hadapi Krisis Lain, Termasuk Long Covid-19 
 
"Banyak hal yang kita cepat merespons, kalau ada kenaikan kasus penyakit tertentu, penyakit-penyakit yang tadinya biasa aja, kemudian naik, apakah ini terkait dengan Covid, nah itu salah satu respons yang dilakukan oleh teman-teman dan kita juga membicarakan, menganalisis sampai betul-betul memahami apakah ini memang Long Covid -19 atau tidak ," jawab dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D selaku epidemiolog dalam melihat Long Covid-19 di Indonesia.
 
"Karena bukan berarti kalau nanti pandeminya, status kedaruratan kepada masyarakat (dicabut), dampak dari pandeminya kan banyak sekali, termasuk kemungkinan-kemungkinan tadi, penyakit-penyakit yang kita sebut sebagai Long Covid-19, banyak sekali yang harus dipulihkan," sambung dirinya.
 
Menurut dr. Pandu, saat ini fokus Indonesia sudah mulai bisa menyelesaikan kearah krisis yang lain akibat dari adanya pandemi Covid-19, dengan syarat situasi pandemi tetap bisa terjaga.
 
"Menangkan dulu, yakin bahwa Covid-19 sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi, sehingga semua pemulihan, termasuk pemulihan sosial ekonomi, pemulihan penyakit-penyakit yang meningkat akibat adanya pandemi ini kita bisa tanggulangi secara lebih terencana dan lebih fokus," kata dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D selaku epidemiolog.
 
Kasus Long Covid-19 di Indonesia 
 
Jika melihat data dari Kemenkes, Jubir Kemenkes dr Syahril menyebutkan ada sekitar 33% Long Covid-19, yaitu utamanya gangguan di saluran pernapasan.
 
Baca Juga: Terlalu Protektif pada Anak Saat Pandemi Covid-19, Kini Mengalami Immunity Debt, Hepatitis Akut Salah Satunya?
"Ada yang memang pasien ini gaada apa-apa, begitu kena Covid-19 merasa kena sesak nafasnya berat, kemudian ada gangguan yang lain, contoh lagi umpamanya di saluran pencernaan, ada yang terjadi begitu," kata dr. Syahril menjawab kondisi kasus Long Covid-19 di Indonesia.
 
"Nah, ini berkelanjutan, tidak serta merta begitu pasien selesai Covid-19 atau selesai dirawat dia (gangguan lainnya) hilang gejala itu, dia akan ada dalam waktu yang cukup lama, biasanya sekitar tiga sampai enam bulan baru bisa hilang," dr. Syahril menjelaskan mengenai Long Covid-19.
 
"Untuk pasien-pasien yang mempunyai komorbid sebelumnya, contoh dia punya asma atau penyakit paru obstruksi kronis atau yang disebut dengan PPOK, sebelumnya dia sudah punya komorbid seperti ini ya, begitu dia kena Covid-19, maka komorbidnya ini diperberat dan setelah dia sembuh," sambung dr. Syahril menjelaskan kondisi Long Covid-19 pada pasien komorbid.
 
Long Covid-19 bisa disembuhkan namun memerlukan waktu yang lebih lama dari setelah seseorang dinyatakan sembuh Covid-19.
 
"Walaupun Covid-nya sudah negatif, maka keluhan itu menetap, dalam arti kata akan hilang atau betul-betul hilang kembali ke normal itu sekitar tiga sampai enam bulan," sambung dr. Syahril melanjutkan.
 
dr. Syahril menekankan bahwa pasien Long Covid-19 adalah orang yang sudah sembuh dari Covid-19, "Tentu saja saran kami dari dokter, orang-orang yang mengalami ini, disampaikan kepada mereka bahwasannya dia bukan Covid lagi tetapi ini adalah gejala ikutan setelah dia terkena Covid."
 

 
Ada dua kemungkinan menurut dr. Pandu alasan kasus Long Covid-19 di Indonesia tergolong rendah, yaitu:
 
1. Surveilans Long Covid-19 di Indonesia kurang baik, "Ini sedang diperkuat lagi, karena ini dampak daripada pandemi," kata dr. Pandu.
 
2. Risiko Long Covid-19 di Indonesia tidak terlalu tinggi
 
"Vaksinasi, imunitas, itu bisa menekan risiko Long Covid-19, jadi ada keuntungan lain. Hasil dari imunitas yang baik, salah satunya berasal dari vaksin membuat orang tidak menyadari terkena Covid-19, tapi mendapatkan Long Covid-19," ucap dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D selaku epidemiolog.
 
"Ya ada orang yang tidak bergejala, kemudian tiba-tiba merasa ada gangguan kelainan jantung atau lainnya," tutup dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D selaku epidemiolog. (*)
 

 
Baca Juga: Akhir Pandemi Covid-19 di Depan Mata, Ini Tanggapan Jubir Kemenkes